Melepas Ratusan Ular

by - April 06, 2010

Matahari yang sedari tadi terik, tampaknya mulai melemah dan perlahan mendung gelap menggantung ketika mobil patroli Daihatsu D-Max mulai membelah kota Krian, sebuah kota kecil disebelah barat Sidoarjo. Tapi nampaknya turunnya cuaca hari ini bukanlah berbanding lurus dengan semangat rekan saya yang sedari tadi sibuk menceritakan ihwal penangkapan truk pengangkut ratusan ular yang kini kami bawa ini. Dengan ditemani sebatang rokok Djarum Super yang terjepit diantara bibirnya, ia sibuk berceloteh menemani saya yang sedang sibuk mengejar mobil Kijang kapsul yang lebih dulu berangkat didepan.
Hari ini padahal awalnya saya akan pulang cepat ke Malang, bukan karena apa, tetapi ada pertandingan sepak bola antara Arema Indonesia melawan Persitara di Stadion Kanjuruhan - Malang. Pertandingan ini terasa sangat istimewa bukan karena lawan Arema kali ini merupakan juru kunci klasemen, tetapi karena Presiden SBY melihat langsung pertandingan di dalam stadion. Sejak pukul 10.00 WIB, saya baca berbagai status di Facebook, Aremania * supporter Arema * sudah mulai membirukan jalanan kota Malang untuk melihat pertandingan ini. Sedangkan saya, ya bisa dibilang Aremania juga, tentu tidak menyia-nyiakan hal ini. Tapi ketika waktu merambat di Pukul 9 pagi, ada Surat Perintah Tugas untuk saya ikut dalam pelepasliaran ratusan ular hasil penyitaan teman-teman Polisi Kehutanan Surabaya. Jelegerrr... aduh dek.. demi tugas negara, saya pupuskan keinginan menonton Arema hari ini.
Dan sekarang, diiringi hujan yang semakin lebat, mobil yang saya kemudikan mulai menaiki kawasan wisata Pacet di selatan Mojokerto. Bukan main lebatnya, saking lebatnya saya tidak berani melarikan mobil ini dengan cepat. Begitu sampai di Pacet, Doki Jati * rekan saya yang perokok Djarum Super tadi * langsung lari menuju sebuah minimarket. Tujuannya ada dua, yang pertama membeli minuman dan snack, sedangkan yang kedua adalah numpang buang air kecil. Tak berapa lama ia sudah kembali, " waduh, warunge gak duwe toilet, arep nguyuh nang pohon iku wedi diseneni wong", * waduh, tokonya tidak punya toilet, mau kencing di pohon itu takut dimarahin orang * sambil dia menunjuk sebuah pohon yang berada didepan sebuah rumah yang tak jauh dari tempat kami parkir. Ya terang aja pasti ada yang marah.
Hujan masih turun walaupun rintik-rintik ketika mobil kami tiba di titik pertama untuk melepas ular-ular ini. Direncanakan ada lima titik, agar ular-ular ini tidak berkumpul disatu tempat saja. Adapun jenis ular yang kami lepas kali ini adalah jenis Cobra, Jali, dan Lanangsapi. Sedangkan tempat kami melepaskan merupakan hutan konservasi Taman Hutan Raya R. Soeryo. Kami juga bukan dengan tangan kosong melepas ular ini, kami juga membawa dua orang pawang ular untuk melepaskannya, karena ular-ular yang kami lepas merupakan ular-ular yang berbisa.
Tempat - tempat yang dipilih merupakan tempat yang curam dan terdapat gangguan baik dari pencuri kayu ataupun perambah. Hanya pada titik kedua yang tempatnya sedikit landai, sehingga ular yang dilepas, ada yang kembali ke arah kami. Bisa dibayangkan ular-ular tersebut dapat membuat kami bergidik dan mencari selamat sendiri-sendiri. hahahaha. Melepasliarkan satwa liar, tampaknya ini yang paling seru yang saya alami, selain tegang juga bercampur takut kalau-kalau ular-ular yang kita lepas balik menyerang kita. Maklum, dengan kondisi di dalam karung dan kotak yang sudah agak lama tentu membuat ular-ular tersebut stres dan semakin agresif, ini bisa dilihat ketika kami akan melepaskan ular Cobra yang sedari tadi dari arah karungnya berbunyi desisan, dan begitu dilepaskan ular Cobra tersebut bukannya lari seperti ular yang lain tetapi diam ditempat dan berdiri sambil unjuk kekuatan kepada kami. Wah kalau sudah begini kita sebaiknya ambil jarak saja deh. Soalnya kita bukan orang sakti neh, hehehe.
Tak terasa, kami sudah melepaskan ratusan ular tadi sampai di titik kelima. Kabutpun mulai turun, dingin semakin mengigit, dan saya cuman bisa memaki diri sendiri kenapa tadi tidak membawa jaket. Sedangkan Doki Jati asyik menghisap dalam-dalam rokoknya, saya memulai untuk memutar balik mobil kembali ke arah Pacet dengan perut mulai keroncongan. Selang tek lama kamipun mulai meluncur keluar dari kawasan hutan dengan diiringi ocehan doki tantang indahnya pensiun hidup di pegunungan macam ini, " gimana gus, bayangkan, kita pensiun, punya rumah di tempat seperti ini, tiap pagi pemandangan yang kita dapat sawah yang bertrap terhampar menghijau, kabut tipis mulai turun... wah... manteb banget... gimana gus, harus direncanakan... saya sudah gus... hahahaha...", dan sayapun tersenyum sambil manggut-manggut terbayang indahnya hidup seperti itu.

You May Also Like

2 komentar

  1. argggghhhhhhhh
    i hate snake very much



    menggelinjang ke gelian. sumpah jadi merinding. ngelihat satu ajah gelinya bukan main gimana kalau ratusan, bakal modar mendadak.

    ReplyDelete
  2. @ fai : hahaha, emang lo gak bakat jadi aparat negara kayak gw, hahaha

    ReplyDelete