Ini sebenarnya adalah nama sebuah penganan. Mengenai asal-usulnya, saya kurang mengetahuinya, hanya saja pertama mengenalnya, saya tahu asal-usulnya. Saya kenal makanan satu ini dari istri saya. Karena dia telah mengetahui makanan ini dari kecil, dan telah ada di Jakarta. Yang ia tahu namanya ya… Kembang Tahu. Pertama kali mendengar namanya saya hanya mengernyitkan dahi, ..”kembang tahu?”, ih masa iya tahu ada kembangnya ya… Dari gambaran yang berusaha digambarkan oleh istri saya, saya belum dapat mengambil gambarannya. Sama sekali. Gak ada ide deh bentuknya seperti apa. Suer.
Udara dingin mulai menusuk kulit, kuresletingkan jaket flis ini. Udara malam ini di kaki gunung Panderman benar-benar dingin. Kuumpat diriku sendiri, kenapa mau saja dirayu si Udin untuk menemani dia dan ria main ke Gunung Panderman. Alasannya, ”ayo lah dan, kan gak enak kalau aku naik gunung cuman berdua aja dengan ria, apa kata teman-teman nanti”, ih sebel banget, kubalas saja ” ya trus aku jadi obat nyamuk gitu”. Si Udin tidak kalah sengitnya ngomong ”tenang aja, aku juga ngajak inge, hehehe”. What? Mau loncat rasanya jantungku, inge. Aduh tidak, kenapa dia. Kan baru minggu kemarin dia nolak aku, aduh. Semakin deh pokoknya. ”Tenang aja, loe Cuma bawa badan, carrier, logistik, dan tenda aku yang bawa, enak kan loe”, ujar udin sambil mengerling dan berlalu dariku.
Kawasan Gunung Palung dikukuhkan sebagai Taman Nasional pada tanggal 24 Maret 1990, dengan luas 90.000 ha. Kawasan tersebut secara geografis terletak pada 1°00' - 1°20' LS dan 109°00' - 110°24' BT, dan secara administrasi melingkupi Kecamatan Sukadana, Simpang Hilir dan Sungai Laur Kabupaten Ketapang. Dinyatakan sebagai taman nasional oleh Menteri Kehutanan tahun 1990 dengan luas ± 90.000 ha. Secara administrasi pemerintahan berada pada 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Sukadana dan Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Dati II Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat. Taman nasional ini ditunjuk berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan, SK No. 448/Kpts-II/1990. Taman nasional ini merupakan satu-satunya kawasan hutan tropika Dipterocarpus yang terbaik dan terluas di Kalimantan. Sekitar 65 persen kawasan, masih berupa hutan primer yang tidak terganggu aktivitas manusia dan memiliki banyak komunitas tumbuhan dan satwa liar. Seperti daerah Kalimantan Barat lain, umumnya kawasan ini ditumbuhi oleh jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), damar (Agathis borneensis), pulai (Alstonia scholaris), rengas (Gluta renghas), kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), Bruguiera sp., Lumnitzera sp., Rhizophora sp., Sonneratia sp., ara si pencekik, dan tumbuhan obat. Tumbuhan yang tergolong unik di taman nasional ini adalah anggrek hitam (Coelogyne pandurata), yang mudah dilihat di Sungai Matan terutama pada bulan Februari-April. Daya tarik anggrek hitam terlihat pada bentuk bunga yang bertanda dengan warna hijau dengan kombinasi bercak hitam pada bagian tengah bunga, dan lama mekar antara 5-6 hari. Tercatat ada 190 jenis burung dan 35 jenis mamalia yang berperan sebagai pemencar biji tumbuhan di hutan. Semua keluarga burung dan kemungkinan besar dari seluruh jenis burung yang ada di Kalimantan, terdapat di dalam hutan taman nasional ini. Satwa yang sering terlihat di Taman Nasional Gunung Palung yaitu bekantan (Nasalis larvatus), orangutan (Pongo satyrus), bajing tanah bergaris empat (Lariscus hosei), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus), beruk (Macaca nemestrina nemestrina), klampiau (Hylobates muelleri), kukang (Nyticebus coucang borneanus), rangkong badak (Buceros rhinoceros borneoensis), kancil (Tragulus napu borneanus), ayam hutan (Gallus gallus), enggang gading (Rhinoplax vigil), buaya siam (Crocodylus siamensis), kura-kura gading (Orlitia borneensis), dan penyu tempayan (Caretta caretta). Tidak kalah menariknya keberadaan tupai kenari (Rheithrosciurus macrotis) yang sangat langka, dan sulit untuk dilihat.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi seperti Pantai Pulau Datok dan Bukit Lubang Tedong, Cabang Panti tempat pusat penelitian dengan fasilitas stasiun penelitian, wisma peneliti dan perpustakaan, kemudian Kampung Baru tempat pengamatan satwa bekantan, lalu Sungai Matan dan Sungai Simpang dengan wisata menyelusuri sungai, pengamatan satwa dan wisata budaya (situs purbakala), serta pendakian yang dilakukan di Gunung Palung (1116 m dpl) dan Gunung Panti (1050 m dpl). Dari puncak gunung ini dapat dinikmati pemandangan kota-kota di bawahnya seperti Telok Melano, Rantau panjang dan alur sungai yang bermuara di selat Karimata. Selain itu pada beberapa bagian Gunung Palung dan Gunung Panti dapat ditemui sejumlah air terjun yang cukup menarik. Cara pencapaian menuju lokasi, dari Pontianak menuju Ketapang menggunakan pesawat terbang selama 1,5 jam, atau dengan kapal motor antara 6-7 jam, dilanjutkan ke Sukadana (kendaraan roda empat) sekitar dua jam. Dari Sukadana ke lokasi melalui Sungai Meliya dengan longboat (bandong) sekitar empat jam. Pontianak - Teluk Batang (speed boat) empat jam dan dilanjutkan ke Teluk Melano (kendaraan roda dua) sekitar satu jam. Pontianak - Teluk Melano (speed boat) antara 9-10 jam.
Udara gerah, bener-bener deh ungkapku. Waktu masih menunjukkan pukul 14.00 WIB, waktu setempat kota Malang. Pasti mau hujan deres neh makanya gerah gini, pikirku. "Eh mas, besok ulang tahun lho", celetuk istriku, ulang tahun? pikirku. "ulang tahun apaan? inikan Maret," jawabku. "Pernikahan kita", Yaa ampyun baru inget aku. " Ke Avia yuk.. belanja peralatan kue buat besok", ajaknya, "hayuk...", jawabku langsung menyambar jaket.
Hari sudah sore, setelah mencolek si biru yang langsung berbunyi "tilulit", ah kerjaan terakhir, absensi. Vespa biru strada kunyalakan, ia menyalak nyaring, saking nyaringnya teman-teman se-kantor memanggilnya helikopter. Tidak kepalang lama, langsung kutelusuri jalanan Juanda menuju Terminal Bungurasih, memarkir terlebih dahulu vespaku di tempat parkir langganan. Lalu kuhamburkan diriku masuk dalam riuhnya calon penumpang sore itu. Wajahnya ramah, penuh senyum ketika melihatku tiba di antrian bis ke Malang. Disodorkannya Koran Tempo yang biasa menemaniku sepanjang perjalanan ke Malang. Tidak lupa selembar ribuan kusodorkan balik ke dia. Segera kunaiki bis Restu dan mengambil posisi duduk di tempat kosong lajur kiri di dalam bus tersebut. Biasanya, tidak ada yang dapat menarik saya untuk membaca halaman depan koran ini, dan akan kulalui kehalaman berikutnya. Tapi hari ini tulisan headline Koran Tempo sangat menyita perhatianku. "KPK menangkap petinggi PAN", wah apalagi ini, batinku. Mana ada denah dan kronologis penangkapan lagi. Segera kuhabisi baris demi baris, kolom demi kolom berita tersebut. Bis baru berangkat, dan sosok wanita duduk disampingku. Tapi kekesalan telah tumbuh di hatiku. Kesal sekali. (Lagi-lagi) Anggota DPR yang terhormat Korupsi, ya dalam berita menerima suap, tapi ya Korupsilah itu namanya, karena dia melakukan pengaturan tender lalu sebagai rasa "terima kasih" dari perusahaan pemenang tender diberilah duit se-Milyar. SE-MILYAR SAUDARA-SAUDARA...! Bayangin uang segitu bisa untuk membangun gedung-gedung sekolah gratis agar masyarakat miskin bisa sekolah, puskesmas-puskesmas agar masyarakat bisa berobat dengan murah. Tapi ini ... se-milyar untuk dia sendiri sambil ketawa ketiwi hasil menggunakan kekuasaannya. Bus masuk jalan tol, sepanjang tol saya arahkan pandanganku keluar jendela. Saya masih kesal sekali, dia (tuh anggota DPR), dipilih oleh rakyat untuk menjadi penyambung lidah dan hidup rakyat, tapi dia gunakan untuk memperkaya diri sendiri. Cuih ... muak sekali saya. Tapi saya berusaha menenangkan diri, tenang .. tenang .. tenang. Sesekali saya meng-amini pilihan saya, untung hingga kini partai yang saya salurkan suara satu saya itu tidak ada kadernya yang melakukan korupsi. Kalau terkena juga, mungkin benar-benar saya akan ikuti pilihan istri saya, tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu. Alasannya' " saya menilai belum ada partai yang baik bagi saya". Ah... sudahlah, saya rasa kita harus benar-benar berhati-hati dalam memilih caleg-caleg yang tumbuh dimana-mana kaya jamur panu di kulit. Semua pamer muka, pamer poster, tempel poster seenaknya, paku sana paku sini, sampai-sampai di pohonpun dipaku. Beh ... masih caleg saja sudah tidak menghormati hukum dan etika, bagaimana nanti kalau sudah jadi anggota dewan, jangan-jangan jadi juga dia keparat negara.
PEKANBARU - Sudah sebulan ini Asmadi trauma. Setiap pagi saat ia hendak berangkat mengurus kebun sawitnya atau sekadar menyadap getah pohon karet yang sudah dirawatnya sejak lama, bayang-bayang harimau menghantui dari balik punggungnya. Wajar saja, petani berusia 43 tahun asal Desa Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, Jambi, itu takut karena tujuh orang dimangsa hewan penguasa hutan itu sepanjang Februari lalu. Enam di antaranya tewas. "Kami benar-benar trauma, takut menjadi korban berikutnya," kata Asmadi pekan lalu. Konflik manusia dengan harimau si raja hutan memang senantiasa terjadi. Bukan cuma Februari ini dan tidak sebatas di Jambi. "Tapi, enam korban tewas manusia dan dua ekor di pihak harimau dalam sebulan ini sudah tergolong luar biasa sehingga mendapat perhatian besar," kata juru bicara WWF Indonesia, Desmarita Murni, kemarin. Harimau sumatera di Jambi memang sedang gelisah. Hutan yang semakin terkotak-kotak kecil dan semakin berkurangnya mangsa alami berupa rusa dan babi hutan diduga kuat membuat harimau melampiaskan nafsu dan amarahnya kepada manusia. "Bagaimana harimau tidak marah kalau habitat mereka yang semula hutan berubah hanya tinggal semak," kata Osmantri, staf lapangan WWF Indonesia di Riau, memberi contoh. Osmantri ini pula yang memberi catatan kalau aksi saling berbalas di antara dua spesies ini semakin cepat saja. Menurut dia, ada mekanisme pelaporan kepada dirinya atau anggota tim lain dari Balai Konservasi dan sumber daya alam setempat setiap kali ada insiden serangan harimau. "Belakangan ini masyarakat langsung bertindak sendiri menjerat dan membunuh harimau," katanya seraya mengungkapkan kekhawatirannya akan adanya kepentingan pemburu yang menumpang dalam aksi balasan itu. Korban tewas pertama di Jambi pada Februari lalu adalah Khoiri, 20 tahun. Jasad utuh penebang kayu liar ini belum kunjung ditemukan sampai akhir pekan kemarin. Tempat kejadian perkara Khoiri di areal hutan produksi Sungaigelam berjarak sekitar 2 kilometer dari kejadian yang menimpa Mat Ali, 50 tahun, dan Nana bin Mat Ali, 17 tahun. Kedua warga Desa Masuji, Lampung, itu tewas diterkam sang raja hutan pada Jumat lalu. Tiga korban tewas terakhir juga pelaku pembalakan di Hutan Paal VII Sungaigelam, tempat terdapat praktek pembalakan secara besar-besaran karena di tempat itu ditemukan berbagai jenis kayu yang sudah digergaji maupun kayu bulat habis ditebang. "Kami menemukan ada 10 pondok yang dihuni sekitar 60 orang di lokasi itu," Didy Wurdjanto, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, mengungkapkan. Didy menyebutkan bahwa pembukaan hutan, baik karena pembalakan, konversi menjadi perkebunan, maupun konversi untuk menyuplai bahan baku pabrik bubur kertas, menjadi penyebab utama konflik antara manusia dan satwa liar seperti gajah dan harimau. Dalam hal ini data WWF-Indonesia menunjukkan bahwa pada 1985 sampai 2007, tutupan hutan di Sumatera telah berkurang 12 juta hektare atau sebesar 48 persen. "Tewasnya enam orang akibat diterkam harimau di Jambi dalam satu bulan terakhir merupakan sinyal peringatan akan pentingnya upaya serius dari berbagai pihak untuk segera menghentikan pembukaan hutan alam dan memberikan tempat yang cukup bagi harimau untuk hidup," kata Didy. Untuk kepentingan itu, pemerintah pusat lewat Departemen Kehutanan sebenarnya sudah memiliki dokumen tentang strategi dan rencana aksi konservasi harimau sumatera 2007-2017. Dokumen itu disusun dengan melibatkan berbagai organisasi penggiat konservasi dan juga industri pengguna produk hutan. "Saya berharap kejadian Februari lalu mendorong segera dibentuknya tim tanggap cepat dalam mendeteksi wilayah 'kekuasaan' harimau demi bisa mencegah konflik dengan manusia," kata Osmantri yang selama ini lebih banyak mengandalkan keampuhan penyuluhan. Sementara itu, Didy meminta peran aktif Dinas Kehutanan dan polisi dalam merazia praktek pembalakan. "Kawasan hutan di sekitar tempat kejadian serangan merupakan habitat binatang buas tersebut yang telah banyak dibuka menjadi kawasan perkebunan masyarakat dan perusahaan swasta serta praktek pembalakan liar," ujarnya.
Harimau Sumatera
Hewan ini memang superior. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera 2007-2017 menempatkannya di puncak piramida ekosistem hutan di seantero Sumatera. Tapi, bukan itu yang membuat harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) penting. Harimau mungil--panjang tubuh 220-240 cm dan berat 90-120 kg (paling kecil di antara jenis-jenis harimau yang ada di dunia)--ini adalah satu-satunya subspesies harimau yang tersisa di Indonesia. Dua saudaranya yang lain, harimau bali (Panthera tigris balica) dan harimau jawa (Panthera tigirs sondaica) sudah lebih dulu punah di era 1940-an dan 1980-an. Harimau sumatera pun kini sudah dilingkari oleh IUCN sebagai jenis hewan yang sudah sangat terancam punah. Habitat yang terfragmentasi dan terisolasi satu sama lain sukses menekan populasinya hingga diduga tidak lebih dari 300 ekor saja. Jika tidak hati-hati, bahaya konflik dan ancaman perburuan yang terus mengintai bisa membuatnya menyusul punah. Hasil analisis terkini menetapkan 12 bentang alam konservasi harimau di Sumatera dan hanya dua yang dikategorikan sebagai prioritas global yakni bentang alam Kerinci Seblat dan Bukit Tigapuluh. Saat ini populasi harimau sumatera diestimasi ada setidaknya di 18 kawasan konservasi dan kawasan hutan lainnya yang berstatus hutan lindung ataupun hutan produksi yang terpisah satu sama lain. Sama seperti subspesies harimau lainnya, harimau sumatera umumnya bisa hidup di mana saja, asalkan tersedia cukup air dan mangsa. Di Sumatera, mereka menguasai hutan dataran rendah sampai pegunungan. Mereka juga menghuni berbagai jenis habitat, dari hutan primer sampai hutan rawa gambut, hutan pantai, dan hutan tebangan. Kajian yang sudah dilakukan menunjukkan daerah jelajah harimau sumatera betina berkisar 40-70 kilometer persegi. Sedangkan yang jantan lebih bervariasi, yakni 180 kilometer persegi di dataran rendah hingga 380 kilometer persegi pada ketinggian lebih dari 1.700 meter di atas muka laut. Boleh dibilang daerah jelajah seekor harimau sumatera jantan setara daerah jelajah dua ekor harimau sumatera betina. Faktor utama yang mempengaruhi luas daerah kekuasaan itu jelas keberadaan mangsa. (Koran Tempo, 02/03/09)
Jakarta (ANTARA News) - Pemanasan global akan mengancam keberlangsungan hidup 900 spesies terumbu karang di segitiga terumbu karang terbesar di dunia. "Ini bukan masalah parah lautnya, kalau kena `global warming` suhu air laut akan naik dan terumbu karang bisa mati," kata Ketua Panitia Nasional World Ocean Conference 2009, Indroyono Soesilo, di Jakarta, Kamis. Ia mengatakan keberlangsungan segitiga terumbu karang terbesar dunia alias "coral triangle" merupakan hal penting, mengingat lokasi ini dapat dikatakan sebagai Hutan Amazon dasar laut terbesar di dunia. Badan-badan dunia dan LSM dunia pun menyadari bahwa inisiasi Indonesia untuk menyelenggarakan WOC 2009 pada 11-15 Mei di Manado mendatang merupakan event penting. Bahkan United Nations Environmental Program (UNEP) akan mengawal pelaksanaan konfrensi kelautan pertama di dunia tersebut hingga berhasil menghasilkan draft kebijakan terkait kelautan. "UNEP bahkan akan membuat `Ocean Day` pada Pertemuan Tingkat Tinggi terkait Pemanasan Global, Teknologi, dan Penghijauan di Copenhagen bulan September 2009," ujar dia. Matinya terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang terbesar di dunia, yakni yang berada di Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste, dan Kepulauan Solomon, akan mengancam sumber daya ikan dunia. Karena itu, WOC 2009 yang mengambil tema "Ocean and Climate Change" dengan topik "Ocean Impact to Climate Change and The Role of Ocean to Climate Change" diharapkan mampu menghasilkan rancangan strategi yang akan tertuang dalam "Manado Ocean Declaration" (MOD). Hasil dari WOC 2009 akan ditindaklanjuti dengan Rencana Aksi dan Implementasi, yang akan diusulkan pembentukan "World Ocean Forum".(*)