Saya Dan DIMPA, Chapter Three
Badan saya serasa melayang ketika berusaha menembus udara subuh pagi ini. Udara yang menggigit seolah berusaha untuk meruntuhkan iman saya untuk jihad melaksanakan tugas saya selaku pegawai negara. Beruntung tak berapa lama menunggu di halte, bis Restu Panda bertuliskan Imelda melihat keberadaan saya dan mengangkut saya ke terminal. Tak lama saya sudah terlelap kembali di bangku sebelah kiri dengan mendekap hangat tas punggung saya. Saking terlelapnya kondektur tak mampu membangunkan saya, akhirnya saya bayar belakangan.
* * *
Tit tut. Ah.. itu bunyi hape saya yang menyala secara otomatis, tapi bunyi itu berulang, tentu ada sms masuk. Sebuah sms dari Ani (pakai nadanya Rhoma Irama), memberitakan para pengurus harian inti yang terpilih. Saya lihat waktu smsnya, wow.. pukul 02.30 WIB. Mereka pasti lelah sekali. Bisa jadi selelah saya, yang "mengamuk-ngamuk" semalam di ruang rapat. Mencoba meyakinkan mereka, bahwa kita adalah saudara. Mencoba untuk meyakinkan diri sendiri, bahwa mereka bukanlah banci semua. Sempat terpikir oleh saya untuk memberi hadiah celana dalam wanita berwarna pink. Tapi kelelahan mata dapat mengurungkan rencana busuk itu.
* * *
Saya sumringah. Akhirnya Wiwid Sudarmawan, putra asli Malang, mahasiswa Psikologi yang tahun ini menginjak semester 9, menjadi Ketua periode selanjutnya. Senyum saya bertambah, ketika saya temui sebuah nama sasaran "amuk" saya, Raqo, duduk di posisi wakil ketua. Masa depan kami di DIMPA, Hasanah dan Ani, juga masuk pada Sekretaris dan Bendahara.
Hmmm. Mereka pahlawan yang hadir tepat pada waktunya. Di waktu genting yang semakin berujung, di waktu genting yang makin meruncing, sehingga darah-darah tua kami kembali bergejolak untuk ikut menyelami sebenarnya apa yang terjadi. Dan kedewasaan berpikir adalah sebuah alur yang harus di tempuh demi kepentingan bersama.
Saya mahfum, jikapun Wiwid tidak bersedia, umur kuliahnya sudah masuk semester yang sudah tidak muda lagi. Dan ini tentu ada gejolak batin sendiri baginya, tapi saya yakin, seyakin Wiwid memutuskan untuk menerima tanggung jawab ini, karena disekelilingnya ada sahabat-sahabat, adik-adik, dan senyuman angkatan pendahulu, yang selalu ada dalam setiap langkahnya dalam memimpin organisasi ini. Dia beserta rekan-rekan, bukanlah pahlawan yang telat terbit, tapi bersinar tepat pada masanya. Selamat bekerja wid, viva DIMPA.
Hmmm. Mereka pahlawan yang hadir tepat pada waktunya. Di waktu genting yang semakin berujung, di waktu genting yang makin meruncing, sehingga darah-darah tua kami kembali bergejolak untuk ikut menyelami sebenarnya apa yang terjadi. Dan kedewasaan berpikir adalah sebuah alur yang harus di tempuh demi kepentingan bersama.
Saya mahfum, jikapun Wiwid tidak bersedia, umur kuliahnya sudah masuk semester yang sudah tidak muda lagi. Dan ini tentu ada gejolak batin sendiri baginya, tapi saya yakin, seyakin Wiwid memutuskan untuk menerima tanggung jawab ini, karena disekelilingnya ada sahabat-sahabat, adik-adik, dan senyuman angkatan pendahulu, yang selalu ada dalam setiap langkahnya dalam memimpin organisasi ini. Dia beserta rekan-rekan, bukanlah pahlawan yang telat terbit, tapi bersinar tepat pada masanya. Selamat bekerja wid, viva DIMPA.
10 komentar
Sukses selalu buat DIMPA.
ReplyDeleteGud Lak my pren (old brotehr "Tuwek") & Ur Fam.
Di tunggu karya selanjutnya...Btw Photo-ne kurang Sip thithik.
Joko Mul "Karjoe" DMP/532
thanks yok...
ReplyDeletebtw itu fotonya pak ketum terpilih, penampakannya apa yg kurang sip? tapi pemikirannya sip...
memulai dengan bismillahahirrahmanirrahim n mengakhiri dengan alhamdulillah,,,,,terlepas dr pernyataan maad yg mengundang banyak comen,caci,maki,semoga nanti bisa berjalan dengan indah,,,satu lagi mas tuwek,,,wanita tidak identik dengan pink,jd kl ada yg mau mas tuwek kasih celana dalam sebagai tanda mereka banci,,,kasih sj celana dalam warna hitam,itu bisa mewakili semua sebagai tanda duka,,,
ReplyDeleteSemoga DIMPA lebih baik ya mas, amien... VIVA DIMPA!!!
ReplyDelete@ mbak Nely, oo gitu ya. tengkyu ya mbak
ReplyDelete@fifi kipli : aamiin. itu harapan kita semua
Sama-sama mas Agus,aq tahu betapa beratnya mas Agus dan ALB yang lain yg selalu hadir buat membimbing teman2 kita,AT yang masih aktif di DIMPA,s'moga harapn mas Agus juga menjadi harapan kita semua untuk kemajuan organisasi dan membuat kita semua lebih bijak dalam berfikir.
Deleteterus terang terbitnya pahlawan baru ini bukan membuat saya bisa bernapas lega....
ReplyDeletesemua keputusan yang di ambil anggota terutama tentang ketua demisioner.....
semuanya adalah pikiran dan peluh yang akan menyesaki dan membasahi otak dan badan ini dalam 2 tahun ke depan...
saya juga merasakan betapa berat bagi kita yg hadir malam itu harus mengambil keputusan itu. Tapi saya punya harapan besar dari efek yg akan timbul dari keputusan tersebut, sebuah pelajaran yg sangat berharga bagi adik2 kita. Bahwa RAT itu bukan mainan dan disitu para anggota-lah yg berkuasa dan dapat menentukan wajah organisasi kedepan. Semoga kita semakin dewasa dalam berpikir dan semakin bijak. harapan juga adik2 kita semakin maju pola pikirnya dan semakin "radikal" dalam berpikir serta berani untuk berubah bukan sekedar slogan
ReplyDeleteJujur, hari pertama kami sempat khawatir karena tidak ada satupun ALB yang datang saat LPJ Pengurus. RAT ini serasa tidak sehat karena yang "bisa" mengevaluasi hanya wiwid seorang, hambar rasanya. Tapi kami bisa tersenyum lega saat para ALB datang di hari kedua, inilah RAT yang sebenarnya.. Thank's mas2, mbak2 atas doa dan supportnya sehingga kami sadar bahwa masih ada kalian di belakang kami....
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete