Bisa dibayangin. Waktu jam didinding kantor pukul 15.40 WIB, saya sudah tancap gas menuju terminal Bungurasih untuk pulang ke Malang. Hari itu, cuaca di Surabaya agak bersahabat, maksudnya pagi mendung dan sempat turun hujan, dan menyisakan udara yang cukup segar. Sayapun menikmati perjalanan itu dengan menaiki vespa saya. Yap, saya memang memiliki vespa, bagi yang belum tau ceritanya silahkan deh baca mengenai vespa saya ditulisan sebelumnya atau klik disini. Dan, vespa saya amatlah terkenal, gimana enggak, jangankan untuk seisi kantor, bahkan sekomplek perkantoran tempatku bekerja, hanya saya yang menaiki vespa. Ya bangga-bangga gimana ya, habis belum bisa beli yang lainnya sih, selain itu, saya sejak SMA memang sudah terbiasa ber-vespa ria, dan lagi tentu kenangannya. Ya udahlah, yang jelas sore itu, cuaca sangat mengasikkan untuk ber-vespa ria menuju terminal sambil bernyanyi-nyanyi..”..oh galih..oh ratna .. cintamu abadi..” Tapi apa dinyana, begitu melewati jomplangan perlintasan kereta api di Aloha Sidoarjo, “blep..blep..blep..”, vespa saya mati. Waduh kenapa neh, perasaan kemarin bensin baru saya penuhi, wah gawat banget neh, mana dijalan yang lagi rame-ramenya, pikirku rada panik. Tapi pelan-pelan saya tenangkan diri. Vespa saya pinggirkan, dan mulailah langkah biasa yang dilakukan jika punya vespa. Periksa busi. Nah loh, businya kok gak ada listrik ya. Wadaw cekak deh. Gak sengaja, saya lihat kabel dibelakang mesin putus, wah...jangan-jangan ini penyebabnya. Mulailah saya kuliti kabel itu dengan tang, dan saya sambung kembali. Tanpa saya sadari, tiba-tiba hadir seseorang pengendara vespa berwarna hijau dengan helm berwarna hijau juga dan bermodel helm pilot. Wah unik juga pikir saya. “ Kenapa pak?” tanyanya. Kemudian saya terlibat diskusi singkat mengenai penyebab vespa saya mati hingga menyambung ke knalpot dan bengkel khusus vespa diseputaran Sidoarjo. Setelah dia yakin vespa saya kembali hidup, diapun kembali meneruskan perjalanannya, tidak lupa saya ucapkan terima kasih atas bantuannya. Saya cukup terkesan dengan perhatian teman-teman pengendara vespa. Sering saya jumpai ketika ada vespa mogok ditengah jalan, jika ada pengendara vespa lainnya lewat, biasanya mereka berhenti untuk memberikan bantuan. Atau, jika kita dalam perjalanan antar kota atau plat nomor vespa kita berbeda dengan kota/tempat dimana vespa kita lewat, dan kemudian berjumpa dengan pengendara vespa lainnya, biasanya mereka memberi salam dan lambaian tangan, meskipun mereka tidak saling kenal. Saya sampai berpikir, apa itu juga bagian dari kode etik para pengguna vespa yang ikut dalam klub-klub pengendara vespa yang bertebaran di Indonesia. Wah-wah, sampai-sampai ketika saya di bis memikirkan kata apa yang tepat bagi bentuk perhatian dan kekompakan mereka ya, akhirnya saya temukan di dalam tumpukan berkas-berkas kata dalam otakku, brotherhood. Ya semacam persaudaraan begitu. Mungkin itu yang hendak ditunjukkan para pengendara vespa terhadap pengendara vespa lainnya.
Mengapa Taman Nasional Enggano itu layak?
2 weeks ago