Menyatroni PMI
Bangunan tua itu masih tetap berdiri di jalan Buring Malang. Jendelanya yang tinggi menandakan langit-langitnya pun tinggi. Pintu-pintunya terlihat kokoh. Ingatanku melayang kembali waktu saya masih duduk di bangku SMP. Itu pertama kalinya saya kesini. Untuk mengetahui golongan darah saya. Bedanya, bagian halamannya sudah dibuka dan dilapisi paving untuk parkiran.
Siang itu parkirannya ramai, saya sedikit ragu, apa iya kantor PMI sekarang ramai seperti ini. Dan tak lama jawaban sudah saya dapatkan, beberapa orang sudah tertib antri di tempat duduk. Di depannya dua orang petugas tampak sibuk memasukkan data pendonor baik yang baru maupun yang pernah donor ke dalam komputer.
Siang itu parkirannya ramai, saya sedikit ragu, apa iya kantor PMI sekarang ramai seperti ini. Dan tak lama jawaban sudah saya dapatkan, beberapa orang sudah tertib antri di tempat duduk. Di depannya dua orang petugas tampak sibuk memasukkan data pendonor baik yang baru maupun yang pernah donor ke dalam komputer.
Benar yakin? tanya saya dalam hati. Dulu, saya benar-benar tidak mau untuk melakukannya. Donor darah. Wah, melihat jarumnya yang berukuran lebih besar dibanding jarum infus, sudah membuat nyali saya ciut. Tapi itu dulu. Setelah (pengalaman) sakit saya (yang sering masuk rumah sakit), saya jadi lebih berani terhadap jarum suntik, jarum infus dan teman-temannya. Maka saya bulatkan tekad untuk melakukan donor darah, dan PMI adalah tempatnya. Alasan lainnya, saya bisa mengetahui kondisi kesehatan saya (secara gratis).
Untuk langkah awal sebelum donor saja, saya sudah mengetahui tekanan darah saya dan berapa banyak hemoglobin (Hb) yang terkandung dalam setetes darah saya. Jika dua hal itu baik, maka saya diperbolehkan mendonorkan darah saya. Menurut petugas, jika dalam darah saya (Ya alloh, semoga tidak terjadi) mengandung bibit penyakit atau tidak sehat, maka saya akan dihubungi oleh pihak PMI. Gimana gak keren.
Untuk langkah awal sebelum donor saja, saya sudah mengetahui tekanan darah saya dan berapa banyak hemoglobin (Hb) yang terkandung dalam setetes darah saya. Jika dua hal itu baik, maka saya diperbolehkan mendonorkan darah saya. Menurut petugas, jika dalam darah saya (Ya alloh, semoga tidak terjadi) mengandung bibit penyakit atau tidak sehat, maka saya akan dihubungi oleh pihak PMI. Gimana gak keren.
Tempat tidur donor di kantor PMI tidak seperti tempat tidur yang sering kita lahit kalau ada kegiatan donor darah. Tempat tidurnya lebih tepat saya sebut kursi malas. Dengan posisi sandaran yang tidak tegak juga tidak rebah, posisi kaki yang sedikit naik, dan sandaran tangan yang leluasa. Sepertinya ini posisi terenak buat istirahat. Tapi belum sempet tidur, waktu donor darah telah usai. Cukup 10 menit saja. Setelah donor, (seperti biasa) pendonor akan mendapatkan sebuah bingkisan yang berisi roti, segelas air minum mineral, sekotak susu, dan satu plek vitamin penambah darah (berisi 10 butir).
Haaa, ternyata, donor darah tidak seseram yang dulu saya bayangkan. Selain badan terasa lebih ringan, kita dapat mengetahui kesehatan darah kita. Yuk.. donor darah.
0 komentar