Kaki-kaki saya berusaha kembali mengikuti langkah-langkah Pak Eko, petugas Cagar Alam Gunung Abang, setelah saya berhenti untuk beberapa saat. Pandangan saya sempat teralihkan oleh kandang-kandang lebah madu yang berjajar rapi di sepanjang jalan menuju cagar alam. Pertengahan Mei lalu, saya mengunjunginya dari sisi utara untuk memetakan beberapa lokasi kawasan ini yang rawan terhadap terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Bagi saya pribadi, Blackberry Messanger (BBM) merupakan barang baru, sejak saya mentranformasi handphone saya ke android. Ya walau sebenarnya, saya sudah memiliki jalur komunikasi berbahan dasar chatting lainnya, whatsapp. Tapi saya pernah kapok sekapok-kapoknya menggunakan chatting satu ini. Saking mudahnya di akses karena hanya berbahan dasar nomor hape, kita bisa tahu siapa-siapa teman kita yang punya whatsapp. Sehingga dengan mudahnya komunikasi meluncur tanpa kontrol, sebenarnya kita ingin atau tidak berkomunikasi dengan teman kita yang satu ini.
Hujan yang membasahi Kota Malang malam itu, benar-benar tak mau kompromi. Meski sudah tidak deras lagi, tapi curahannya bak memberi arti bahwa ia tak habis malam ini. Pikirku, takkan kunanti hujan ini hingga berhenti. Akhirnya, saya terjang juga hujan ini, meninggalkan Kampung Ledok di Lingkungan Madyatama - Blimbing, yang hanya berjarak sekilo saja dari rumah. Jalanan mulai sepi, waktu terus merambat melampui pukul 10 malam.
* * *
Foto by Agus Irwanto |
Daffa, putera kedua saya, belakangan sering sekali ngomong setengah teriak "ompos!". Dengan wajah ceria, kata "ompos" seperti hal wajib ia teriakkan. Saat saya makanpun ia bilang kata tersebut sambil berlalu. Dengan berjalan jinjit, khasnya, kembali ia berkata, "ompos", sambil menggoyang-goyangkan kepalanya.
Hanya satu kata, alhamdulillahirobbil'alamin.