Gunung Abang Menguning
Kaki-kaki saya berusaha kembali mengikuti langkah-langkah Pak Eko, petugas Cagar Alam Gunung Abang, setelah saya berhenti untuk beberapa saat. Pandangan saya sempat teralihkan oleh kandang-kandang lebah madu yang berjajar rapi di sepanjang jalan menuju cagar alam. Pertengahan Mei lalu, saya mengunjunginya dari sisi utara untuk memetakan beberapa lokasi kawasan ini yang rawan terhadap terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Setelah melintasi hutan produksi yang berubah menjadi kebun selama 15 menit, barulah kami sampai di batas kawasan, dan saya cukup kaget dengan keindahan yang disajikan kawasan ini. Saya menganggapnya sisi lain dari sebuah tragedi. Bisa dikatakan tragedi, karena cagar alam ini dikuasai oleh sejenis tumbuhan berbunga kuning seperti bunga Matahari. Keindahan yang tersajikan tadi disebabkan oleh tanaman Paitan yang secara serentak berbunga bersamaan dan memenuhi setiap sudut pandang kawasan ini.
Gunung Abang sendiri sebenarnya telah ditunjuk sebagai cagar alam sejak jaman Hindia Belanda pada tahun 1937 dengan memiliki luas 50,4 ha. Selanjutnya di tahun 1978 Menteri Pertanian RI menetapkan kembali Gunung Abang menjadi cagar alam. Dan baik saya maupun Pak Eko tidak mengetahui persis sejak kapan tanaman jenis ini menjadi sangat dominan di kawasan ini.
Aroma khasnya sangat menguasai setiap kubik udara yang ada, apalagi saat kami harus menunduk melalui lorong-lorong yang tercipta oleh kerimbunannya. Ketinggian tanaman ini sendiri dapat melebihi tinggi tubuh orang dewasa, sehingga perlu merobohkannya untuk membuat laur jalan. Dengan hujan yang turun kemarin, tentu membuat batang-batangnya menjadi licin untuk menjadi pijakan. Beberapa kali baik saya maupun Pak Eko harus berakrobat karenanya.
Gulma Penuh Manfaat
Diduga berasal dari Meksiko, Paitan atau Tithonia diversifolia memiliki penampilan mirip dengan bunga matahari. Sebagai jenis tanaman berbunga yang memiliki warna kuning keemasan, biasanya akan berbunga pada akhir musim penghujan. Sebagai anggota suku Asteraceae, spesies ini juga dijuluki the tree marigold, Mexican tournesol, Mexican sunflower, Japanese sunflower ataupun Nitobe chrysanthemum, dan kini telah tersebar hampir di semua belahan dunia.
Tanaman Paitan ini memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dengan kerapatan tajuk dan perakaran yang dalam, sehingga dapat juga disebut tumbuhan perintis/reklamasi karena sering dijadikan sebagai tanaman pengendali erosi. Tajuknya mudah dipangkas dan cepat rimbun kembali.
Dari beberapa literatur, ternyata Paitan dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal positif. Mulai bahan pakan ternak, sumber bahan organik penyubur tanah pertanian, mulsa, bahan dasar kompos, penolak hama maupun insektisida nabati, batangnya berkayu dengan kandungan lignin yang cukup tinggi sering dipergunakan sebagai kayu bakar, hingga sebagai bioakumulator logam berat.
Meski kaya manfaat, keberadaannya jelas dapat dikategorikan tanaman gulma atau tumbuhan invasif. Dan dua sisi inilah yang saat ini terjadi di Cagar Alam Gunung Abang, sisi keindahannya sekaligus sisi tragedinya. Dan semuanya tergantung kita pengelola kawasan untuk bersikap bijak akan kehadirannya.
0 komentar