Puasa Berbicara
Marhaban Yaa Ramadhan. Huahhh.... alhamdulillah, dapat bertemu kembali dengan bulan penuh rahmat ini, bulan yang selalu ditunggu-tunggu. Dan Ramadhan tahun ini jatuh tepat di bulan Agustus ... betapa bahagianya dan semangatnya saya menyambut bulan ini. Selain bulannya "saya", 1 Syawal - pun, InsyaAlloh jatuh di akhir bulan Agustus. How perfect month. hahahay..
***
Hari ketiga, ketika langkah kaki ini menaiki tangga menuju ruangan kantorku, saya merasa ada tidak beres dengan tubuh ini. Demam mulai terasa, perut begitu sebah, badan mulai tidak nyaman di rasa. Waduh.. masa iya saya sakit ini.
Menjelang matahari mulai meninggi saya berhasil menculik Nano, pegawai honorer di kantorku, ke ruangan saya untuk melaksanakan ritual "kerok" punggung. Untuk minyak kayu putihnya berhasil saya dapatkan dari Agus Keceng, rekan seruangan saya, tapi koinnya belum dapat. Satu-satunya koin jaman sekarang yang masuk logika untuk ber-kerok ria adalah koin Rp. 1000,- Tapi, peredarannya belum begitu banyak, terpaksalah menggunakan koin Rp. 500,- yang kuning. Tapi baru beberapa kerokan, sakit mulai terasa dipun ggung, Nano pun mengusulkan pakai sendok stainless seperti biasa jika dia mengerok, ahhh...ting..! Saya teringat pisau lipat saya (yang bukan victorinox) itu, bukankah ada sendok dengan garpu, hehehehe... pisau lipat ini selalu ada di tas kecil eiger saya bersama perlatan emergency dan serba guna lainnya yang selali saya taruh di bawah meja kerja.
Tak lamapun saya sudah asyik menikmati kerokan Nano dipunggung saya disaksikan si Agus dan Agis yang silih berganti keluar masuk ruangan (maksudnya apa seh, mau jenguk apa mau memantau keadaan saya sebagai tetua di ruangan ini, hahahaha).
***
Akhirnya saya berjalan sedikit terseok dan melayang menelusuri jalan kampung Balearjosari tempat tinggal saya ini. Panas tubuh saya tidak mau kompromi, saya yakin bukan masuk angin. Sesampainya di rumah langsung saya menuju kamar sebelum melempar tas, jaket dan sepatu pada tempat biasanya. Kila, jagoan saya yang berusia 3 tahun 9 bulan, berlari-lari kecil sambil terus berkicau menyambut abi-nya tiba di rumah. Setelah masuk ke dalam selimut dan mengompres kening, saya terangkan kepada Kila jika abi-nya sedang sakit dan hendak istirahat. iapun menatap saya mengerti, ketika saya memejamkan mata, terasa kila mulai memanjat samping tempat tidur dan mengecup pipi kananku, dan berujar,"met tidur abi". What a suprise momment, dan tak terasa air mata hangat mengalir dipipiku. Terima Kasih Ya Allloh.
***
"Puasa berbicara pak, istilahnya. Bukan sekedar puasa ramadhan saja, tapi dibarengi puasa berbicara. Karena Pak Agus tiap hari pulang pergi Malang Surabaya kerjanya, trus banyak ketemu orang di jalan, naik bis, plus udara yang ekstrim seperti ini sekarang, angin kencang, malam dingin, siang panas sekali... itu semua bisa membawa bakteri, kuman masuk dan membuat tonsil-nya bengkak. Dan ini yang dpat mengakibatkan demam, badan sakit semua ", dokter Lisna menerangkan panjang lebar sambil menulis rekam jejak sakit saya di kartu berobat. Ku satroni dokter ini dokter ini setelah saya dan istri melaksanakan buka puasa dan sholat Maghrib. Rumahnya yang berada di perumahan sebelah membuat kami mudah untuk mendapatkan pertolongan pertama jika kami sekeluarga sakit.
Akhirnya kamipun terlibat perbincangan panjang mengenai tonsil alias amandel ini, kategorinya, efeknya, fungsinya, dan juga berbagai pendapat mengenai operasi amandel.
***
Udara malam ini di kota Malang begitu dingin diiringi angin sedikit kencang. Sambil membawa obat dan surat dokter untuk istirahat, saya meninggalkan rumah dokter Lisna dengan masih terngiang anjurannya pada saya, " besok jangan puasa dulu pak Agus... minum obatnya, jika belum ada perubahan segera cek darah ke lab ya..". Hehehe si dokter, saya yakin lusa keadaan saya sudah membaik, dan tentang puasa berbicara itu, saya usahakan .... tengkiu dok...
***
Hari ketiga, ketika langkah kaki ini menaiki tangga menuju ruangan kantorku, saya merasa ada tidak beres dengan tubuh ini. Demam mulai terasa, perut begitu sebah, badan mulai tidak nyaman di rasa. Waduh.. masa iya saya sakit ini.
Menjelang matahari mulai meninggi saya berhasil menculik Nano, pegawai honorer di kantorku, ke ruangan saya untuk melaksanakan ritual "kerok" punggung. Untuk minyak kayu putihnya berhasil saya dapatkan dari Agus Keceng, rekan seruangan saya, tapi koinnya belum dapat. Satu-satunya koin jaman sekarang yang masuk logika untuk ber-kerok ria adalah koin Rp. 1000,- Tapi, peredarannya belum begitu banyak, terpaksalah menggunakan koin Rp. 500,- yang kuning. Tapi baru beberapa kerokan, sakit mulai terasa dipun ggung, Nano pun mengusulkan pakai sendok stainless seperti biasa jika dia mengerok, ahhh...ting..! Saya teringat pisau lipat saya (yang bukan victorinox) itu, bukankah ada sendok dengan garpu, hehehehe... pisau lipat ini selalu ada di tas kecil eiger saya bersama perlatan emergency dan serba guna lainnya yang selali saya taruh di bawah meja kerja.
Tak lamapun saya sudah asyik menikmati kerokan Nano dipunggung saya disaksikan si Agus dan Agis yang silih berganti keluar masuk ruangan (maksudnya apa seh, mau jenguk apa mau memantau keadaan saya sebagai tetua di ruangan ini, hahahaha).
***
Akhirnya saya berjalan sedikit terseok dan melayang menelusuri jalan kampung Balearjosari tempat tinggal saya ini. Panas tubuh saya tidak mau kompromi, saya yakin bukan masuk angin. Sesampainya di rumah langsung saya menuju kamar sebelum melempar tas, jaket dan sepatu pada tempat biasanya. Kila, jagoan saya yang berusia 3 tahun 9 bulan, berlari-lari kecil sambil terus berkicau menyambut abi-nya tiba di rumah. Setelah masuk ke dalam selimut dan mengompres kening, saya terangkan kepada Kila jika abi-nya sedang sakit dan hendak istirahat. iapun menatap saya mengerti, ketika saya memejamkan mata, terasa kila mulai memanjat samping tempat tidur dan mengecup pipi kananku, dan berujar,"met tidur abi". What a suprise momment, dan tak terasa air mata hangat mengalir dipipiku. Terima Kasih Ya Allloh.
***
"Puasa berbicara pak, istilahnya. Bukan sekedar puasa ramadhan saja, tapi dibarengi puasa berbicara. Karena Pak Agus tiap hari pulang pergi Malang Surabaya kerjanya, trus banyak ketemu orang di jalan, naik bis, plus udara yang ekstrim seperti ini sekarang, angin kencang, malam dingin, siang panas sekali... itu semua bisa membawa bakteri, kuman masuk dan membuat tonsil-nya bengkak. Dan ini yang dpat mengakibatkan demam, badan sakit semua ", dokter Lisna menerangkan panjang lebar sambil menulis rekam jejak sakit saya di kartu berobat. Ku satroni dokter ini dokter ini setelah saya dan istri melaksanakan buka puasa dan sholat Maghrib. Rumahnya yang berada di perumahan sebelah membuat kami mudah untuk mendapatkan pertolongan pertama jika kami sekeluarga sakit.
Akhirnya kamipun terlibat perbincangan panjang mengenai tonsil alias amandel ini, kategorinya, efeknya, fungsinya, dan juga berbagai pendapat mengenai operasi amandel.
***
Udara malam ini di kota Malang begitu dingin diiringi angin sedikit kencang. Sambil membawa obat dan surat dokter untuk istirahat, saya meninggalkan rumah dokter Lisna dengan masih terngiang anjurannya pada saya, " besok jangan puasa dulu pak Agus... minum obatnya, jika belum ada perubahan segera cek darah ke lab ya..". Hehehe si dokter, saya yakin lusa keadaan saya sudah membaik, dan tentang puasa berbicara itu, saya usahakan .... tengkiu dok...
2 komentar
cepat sehat. Minum madu biar g gampang sakit.
ReplyDeleteOke tengkiu.
ReplyDelete