SAYA DAN DIMPA, Chapter One
Gak ada berubah-berubahnya, ketika disuatu hari yang menjelang siang ketika saya mengunjungi senior saya Cak Dalbo. Beliau senior saya di sebuah organisasi pecinta alam di kampus dulu. Namanya DIMPA, kepanjangan dari Divisi Mahasiswa Pencinta Alam.
Dihitung-hitung sudah lama sekali saya tidak bertandang ke rumahnya. Ini juga datang karena sms-nya yang nantang saya untuk datang ke rumahnya karena akan disuguhi makanan selain suguhan originalnya, kopi dan rokok dji sam soe, yang belakangan itu karena beliaunya merokok dji sam soe, saya hanya nebeng. Dan benar saja, siang panas hari itu saya disuguhi tahu telor khas malang yang ternyata super pedas, huaahhh... mana panas lagi.
Yang gak ada berubahnya, ya itu, gaya ngomongnya kalau sedang berdiskusi dengan istrinya, mbak Linda, yang juga terhitung anggota DIMPA pula. Hedehh.. mirip orang tengkar. Lama kelamaan saya terbiasa dengan gaya komunikasi mereka berdua. Selagi mereka sibuk "berkomunikasi" saya sibuk sms-an dengan anak-anak DIMPA yang berada di sekretariat.
* * *
"Mas Tu masih lamakan di sekret? Nanti saya bicara sedikit, mau konsultasi mas", ucap Marso. Saya sedikit kaget ketika bertemu dengannya siang ini. Saya mengangguk sambil menyeka peluh di dahi karena perjalan dari rumah mas Dalbo ke kampus ini cukup jauh ditambah cuaca yang terik dan jaket saya yang tebal, lengkap sudah.
Penampilan marso sedikit berbeda kali ini. Ya gak sedikit juga, agak banyak lah. Belakangan bukan hanya penampilannya, gaya tutur katanya pun berubah. Pakaiannya lebih longgar dengan lengan panjang, jilbabnya pun lebih longgar dan panjang, tak ketinggalan rok panjang berenda dan longgar pula. Gak seperti yang saya kenal, ya Marso yang saya kenal dalam beberapa pertemuan, Jilbab, berkaos, dan celana panjang. Juga gaya bicaranya yang sedikit berapi-api terkesan cerewet, ini juga mungkin ditunjang oleh darah yang mengalir dalam darahnya, darah Gorontalo.
* * *
Sebentar-sebentar. Marso itu nama panggilan. Setidaknya rekan-rekan seangkatannya memanggil seperti itu. Nama yang saya ketahui sih Aikha. Gak tau pake H atau tidak. Dia dan angkatannya jelas 15 tahun dibawah angkatan saya. Mungkin waktu saya masuk organisasi ini mereka sekolah PAUD saja belum kali ya.
* * *
Sejujurnya saya tidak begitu kaget dengan perubahan Marso. Itu hanya segelintir perubahan yang terjadi. Dan itulah asyiknya hidup di dalam organisasi ini, perubahan selalu terjadi. Karena generasi baru selalu lahir dan mewarnai jalannya organisasi ini bahkan kampus tempat saya dulu menimba ilmu ini. Setiap generasi selalu melahirkan marso-marso lainnya dengan ciri dan keunikannya sendiri. Dan mereka-mereka itulah yang membawa gelombang perubahan dalam organisasi. Sehingga jika saya mengikuti dari generasi ke generasi (maklum saya tetap tinggal di kota Malang ini), amatlah menyenangkan, belakangan kalau dipikirkan menyenangkan karena ketika itu sedang terjadi kadang tidak menyenangkan. Dan saya tidak berhak membandingkan generasi mereka dengan generasi saya yang menurut saya "seruan" generasi saya. Karena setiap jaman melahirkan pemikirannya sendiri-sendiri.
* * *
Empat anggota muda hasil diklatsar terakhir sibuk mengangkat perahu karet yang berat dibelakang saya, sedangkan saya melangkah ringan dengan cukup membawa dua buah pelampung dan dua buah dayung menuju kolam kampus. Sore ini saya ingin menghabiskan waktu dengan berdayung-dayung perahu mengelilingi kolam kampus dengan gaya "J stroke", syukur-syukur bisa sharing ilmu ke Habib, seorang anggota muda yang interest ke rafting.
* * *
Sinar matahari sore itu masih cukup terik di atas kolam dan saya baru sadar ketika haus mencekik kerongkongan, ternyata kami lupa bawa air minum.
Sumber Foto : Facebook Aikha Fikriani Nawawi
1 komentar
Mas wek,aq sering baca blognya mas wek,juga mba cenil,maaf bukannya aq ga mau comen,tp aq mmg ga bisa nulis dgn baik,Hehe,,,aq mo comen ttg si mArso(aq ga tAhu kl dia di panggil marso) saja ya,,aq kenal dia waktu pertama kali dia main ke rumahku,anaknya rame,asyik,ceria,,dan selanjutnya setiap si marso ke Surabaya bersama teman2 Dimpa,marso selalu main ke rumah dan membawa wajah2 baru.Bahkan sewaktu anak2 Dimpa habis Jambore PA(di Sulawesi kl ga salah)aq jd kenal lebih banyak lg teman2 PA dr kampus lain,itu jg karena marso,waktu itu teman2 Dimpa aq jemput di kampus Univ Muh Surabaya dan menginap di rumahku,sebenarnya msh banyak kesanku ttg marso.tP itu sj dulu deh..hehe..beberapa minggu lalu dia nulis katanya pingin berubah,dia jg minta di do'ain sama aq...mudah2an Amiin...nely
ReplyDelete