TELUH

by - April 05, 2012

Teluh atau santet atau guna-guna, sudah berlangsung sejak zaman dahulu. Tapi hingga kini misteri itu belum (dan sulit) diungkap. Sejalan dengan kemajuan zaman, santet berkembang jadi lebih canggih. Bahkan seperti dalam era digital, santet pun ada yang diklasifikasi sebagai santet krah putih. Melibatkan kalangan atas dengan cara yang modern dan canggih. Santet atau sihir dalam bahasa Arab dinamakan ainun saqhirah, atau sesuatu yang menyilaukan mata. Lebih jauh, bermakna menakjubkan. Atau sebuah kemampuan luar biasa yang sulit diterima akal sehat. (Wikipedia)


* * *

Tit..tit..tit. Sebuah sms masuk dari adikku yang berdiam di Sampang Madura.Sebuah sms balasan dari sms yang kukirim sebelumnya.
"Kondisi ibu sudah lebih baik. ini sedang maem pisang rebus bny. minum susu. hari ini nanti siang minum telur brg dara sama minyak. Nanti sore santunin anak yatim sama masjid."

Hari ini adalah hari kelima ibu di rawat di rumah adikku di Sampang. Saya masih ingat dan bingung hasil dari diagnosa dokter yang menyatakan kondisi ibu saya sehat dan normal. Pun begitu dengan hasil lab cek darah dan foto rontgen. SEMUA NORMAL. Tapi ibu sakit. Badannya semakin habis. Hampir menjerit kala kulihat ia begitu kurus.

* * *

"Kyai, sebenarnya siapa yang "mengirimi" ibu saya ini?" tanya adik iparku.
"Sudahlah nak, ikhlaskan saja. Biarkan saja, serahkan semua ke Alloh SWT. yang penting saat ini mari kita konsentrasi dengan pengobatan terhadap ibu njenengan. Semoga Alloh me-ridho-i apa yang kita lakukan ini sehingga ibu bisa sembuh."
"Inggih Kyai.."

* * *

Saya tidak dapat mendampingi ibu saya berobat ke Sampang, tempat tinggal adikku yang menikah dengan orang Sampang yang tak lain adalah teman sekelas kuliahnya dulu. Di kota itu ada seorang Kyai yang bersedia dimintai pertolongan terhadap sakit ibu saya. Menurutnya ibu saya harus ke Sampang agar dapat diobati secara langsung, karena ilmu orang yang "ngerjain" ibu itu tinggi. "Ini orang tidak main-main, ini sudah di atasnya santet, tapi teluh, dan tujuannya memang membunuh ibu secara perlahan-lahan", cerita adikku dari seberang telepon sana.

"Perantaranya benda mati, berupa bambu yang dipotong setinggi ibu kemudian di tancapkan di samping kuburan. Itu sebabnya badan ibu lama kelamaan seperti bambu kering yang makin hari makin kering dan rapuh", lanjutnya.

"Tubuh ibu makin habis karena yang diserang perut, sehingga ibu bagai tidak punya perut. tidak merasakan lapar. tidak merasakan kenyang. semua yang masuk hambar dan pahit". Saya makin pedih mendengarnya, orang sebaik ibu kok ada yang mengirim teluh, betapa jahat orang itu. "alhamdulillah sekarang ibu sudah mau makan, semalam ia merasakan lapar untuk pertamakalinya, dan nyamil terus kenyang katanya. gitu mas", ungkap adikku yang logatnya mulai terbajak oleh logat madura.

"Kata Kyai, tubuh ibu kuat dan gigih melawan teluh itu, karena ibu sholat 5 waktunya tidak putus, rajin sholat tahajud dan hajat, ngaji dan baca yassin. itu semua melawan teluh itu ketika malam hari. itu sebabnya tubuh ibu demam ketika malam hari, karena melawan teluh itu", ujarnya tanpa henti.

* * *

Adikku masih bercerita penuh semangat, karena saya ingin mengetahui keadaan ibu lebih lengkap. Tak terima rasanya ibu diperlakukan seperti seorang penjahat kelas atas sehingga harus disantet segala.

" Pas malam ketiga, ibu siangnya sudah memarut kelapa yang diminta Kyai. harus ibu sendiri yang memarutnya. Dan malamnya Kyai yang memasaknya hingga menjadi minyak kelapa. Minyak kelapa itu masih panas dan mendidih serta masih berada di atas kompor. Kyai meminta aku dan suami untuk mengolesinya keseluruh tubuh ibu saat itu juga. minyak itu tentu masih sangat panas."
"Sekarang kyai?"
"Ya.. sekarang"
"Ini tidak panas Kyai?"
"Tidak..."
"Dan kamipun mulai mengolesi ibu dengan minyak itu. Tangan kami malah merasakan minyak kelapa itu dingin, demikianpun ibu merasakan yang sama di tubuhnya, kami terheran-heran, mas"
"tangan kalian tidak apa-apa?" tanya ibu.
"nggak bu, rasanya dingin, gimana dengan ibu?"
" iya rasanya dingin"
alhamdulillah ...

* * *

Kyai itu berkata, " Jangan kita dendam terhadap orang yang mengirim teluh ini. serahkan semua kepada Alloh SWT."
"Kenapa saya kok di teluh Kyai, saya ini tidak punya musuh"
"Jangan salah bu, justru jadi orang baik itu musuhnya banyak. Sudah ibu ikhlas saja. konsentrasi ke pengobatan ini saja ya"

* * *

Semoga Alloh SWT. memberikan kesembuhan kepada ibu kami, memberinya kesehatan serta umur yang panjang. Kepada yang mengirim teluh ini semoga Alloh membukakan jalan baginya dan melapangkan pikirannya sehingga ia sadar bahwa yang ia lakukan itu merupakan hal yang buruk di atas muka bumi ini. aamiin. 

You May Also Like

0 komentar