Re-make Up Toraja Craft
Udara dingin mulai menyelimuti Malang siang itu. Saya terburu-buru melajukan Hondra Supra ini menuju Sawojajar. Langit gelap pun nampak menggelayut di atas. Semakin cepat pula saya membelah jalanan Malang menuju arah timur. Dan saya dapati rumah Pak Edy Tondok dengan pintu pagar masih tertutup, tapi saya dapat melihat aktifitas dibelakang pintu itu.
Beberapa orang tua tampak tekun dengan kegiatannya masing-masing. Dan saya mendapati ibu saya sedang asyik dengan tusuk gigi untuk mengecat bagian ukiran yang kecil-kecil. Hiasan berbentuk rumah tongkonan ini merupakan latar belakang bagi pengantin orang Toraja di Malang Raya. Kebetulan, putri Tante Besang (demikian saya memanggilnya) akan menikah, sehingga hiasan itu perlu di cat ulang agar tampak lebih cantik. Saya masih ingat, pernikahan adik saya, Rini, 2005, adalah pernikahan di Malang yang pertama menggunakan hiasan itu. Dan hampir sepuluh tahun hiasan tersebut belum tersentuh pengecatan ulang.
Bapak saya (berkaos putih) meskipun beliau orang Jawa Timur tulen, tetap konsentrasi penuh... |
Sebenarnya saya ingin sekali ikut terjun mengecatnya, karena sangat mengasyikkan, tapi karena masih ada hal yang harus saya selesaikan, tidak terlalu lama saya berada di rumah "kepala suku" orang Toraja di wilayah malang Raya ini. Sebagai orang yang "masih" ada darah Toraja mengalir didalamnya, saya sangat bangga dengan ke-Toraja-an saya. Itu sebabnya kedua anak saya masih saya sisipkan nama Toraja didalamnya.
ini dia tersangka utamanya, ibu saya yang asli orang Toraja, berkegiatan seperti ini serasa kembali ke kampung halamannya di Rantepao |
Butuh ketelitian dan konsentrasi, mungkin itu sebabnya yang melakukannya para orang tua semua... hmmmmm |
2 komentar
saya suka kebudayaan Tator, unik dan penuh magis :)
ReplyDeletesalam kenal mas agus :)
terima kasih jeng linda..
ReplyDeletesalam kenal juga dari saya