Sumber Gambar |
Udara musim ini berubah-ubah, kadang panas, tapi lebih sering sejuk. Musim hujan tahun ini sungguh tidak biasa, terkadang hujan turun begitu derasnya, tapi di lain hari panas menyengat bumi.
Seiring itu, kehidupan yang melanda juga tak memberi pilihan untuk berdiam di zona nyaman berlama-lama. Pilihan yang diberikan tidak memiliki kenyamanan yang baik. Tapi apa karena saya sendiri sudah terlalu nyaman dengan standar yang ada, sehingga ketika standar nyaman saya berkurang sedikit saja, kenyamanan saya begitu terusik.
* * *
Seperti nyamannya saya ketika istri saya tidak bekerja, meski dari finansial bisa dikatakan "ngepas", tapi secara hati saya sangat nyaman. Saya dapat bekerja dengan curahan pikiran baik, karena anak-anak saya ada di tangan yang semestinya, yakni ibunya, ya istri saya. Saya benar bahagia.
Tetapi semua mulai terusik ketika istri memutuskan untuk bekerja kembali, kami harus menghadapi pergantian pengasuh anak saya, rasa percaya kepada pengasuh, apakah anak-anak saya baik-baik saja hari itu. Saya bukanlah tipe lelaki yang tidak bisa untuk tidak peduli keadaan anak-anak saya untuk satu hari saja. Saya harus mengetahui bagaimana keadaan mereka hari ini.
Hingga adanya kesempatan untuk meningkatkan karir, saya sangat tidak nyaman. Bagaimana saya bisa nyaman memikirkan karir ketika saya merasa keadaan keluarga kecil saya sedang tidak nyaman. Kami harus mengungsi ke rumah orang tua ketika pengasuh anak-anak kami bermasalah. Mungkin tidak se-ekstrim apa yang terjadi tapi tetaplah, rumah kami adalah tempat tinggal ternyaman bagi kami. Dimana saya dapat leluasa memeluk anak-anak saya pulang kerja, dan menanyakan mengenai kegiatan mereka seharian, apa bermain, belajar, dan apakah ada pekerjaan rumah dari sekolahnya.
Tetapi, pilihan saya tidaklah banyak. Di satu sisi, saya tetap memegang komitmen saya sejak awal kami menikah untuk memberikan ijin bagi istri untuk bekerja dan engekspresikan diri dan kemampuannya. Di sisi plihan lain, hidup saat ini seperti tidak memberikan arti persahabatan yang baik bagi saya. Untuk menghadapinya, saya hanya bisa mengikuti arusnya, saya terkadang segan untuk mengatur arusnya, karena mungkin akan mengecewakan saya ketika hasilnya jauh dari harapan. Dan saya merasa, pilihan tak banyak yang bisa saya dapatkan, bahkan untuk menghadapi diri saya sendiri.
* * *
Udara kering kota pesisir membuat mata saya nanar, meski bercampur udara yang masih lembab, tapi keresahannya membelai seluruh jiwa untuk berkata menyerah. Haruskah.
0 komentar