Sejarah Baru

by - September 10, 2013

Rapat Anggota Tahunan era 1992 (foto: dokumen DIMPA)

Migrain saya semakin petang semakin menjadi. Biasa, monday migrain. Lepas buka puasa dan sholat maghrib, saya gelontor secangkir kopi kental arabika kiriman teman saya di Bandung. Meski belum juga tuntas, tapi saya berangkat juga malam itu. Tujuannya sebuah kampus di ujung jalan Tlogomas. Kampus almamater saya dahulu.


* * *

Suara dari hape itu disambungkan ke speaker. Dibaliknya, sebuah suara yang sedari tadi berkali-kali dihubungi. Tak berapa lama, meluncur penjelasan visi dan misinya yang akan dilakukan jika terpilih sebagai ketua. Seolah mengulangi, aliq, si pemilik suara, menekankan kebersediaannya jika dipilih sebagai ketua. Tak berapa lama suara guruh memenuhi ruang rapat di lantai IV itu. Mufakat, anggota yang hadir memilih aliq sebagai Ketua DIMPA untuk jabatan 2013-2014. Sebagai diketahui, saat ini aliq masih melaksanakan PKL di Kalimantan, demikian berbagai penjelasan yang saya terima dari beberapa anggota yang mendekat ke lokasi tempat duduk saya, ujungnya meminta rokok.

* * *

Sebagai anggota luar biasa, saya cukup tahu diri di dalam rapat, karena hanya hak bicara saja yang dapat saya gunakan, sedangkan hak suara saya tidak punya. Nampaknya, hal itu kurang disadari para anggota yang hadir. Meski ada tarik ulur pada pemilihan wakil ketua, akhirnya mufakat juga terpilih Febri.

* * *

Beberapa juknis RAT jelas sangat berbeda dengan RAT "masa" saya dulu. Satu hal yang mencolok, generasi sekarang "sangat doyan" rapat, hingga RAT memakan waktu 4 hari. Kami dulu jika bisa satu hari kenapa tidak segera disudahi.

You May Also Like

0 komentar