Berjalan Kaki Itu Seperti Healing

by - October 01, 2018


Weekend
Itu terasa biasa bagi orang seperti saya. Tak ada yang berlebih. Mau jalan-jalan ke hutan, haduh, lha itu salah satu kerjaan saya. Pergi ke taman safari atau kebun binatang, ih .. masih terasa lagi kerja, karena salah satu kerjaan saya juga.


Sebagai orang urban, rasanya ingin sesuatu yang beda untuk sebuah kata, berlibur ..!
Jadilah saya ingat, liburan gaya teman di Bandung, Ajeng Sekar Tanjung. Beberapa kali saya membaca status di facebook dan membaca blogs-nya tentang konsep liburan “lucu” ala Pak Ery (sang suami) dalam membahagiakan istrinya, hihihi.

Jalan kaki ..!

Ya, konsepnya sederhana, berjalan kaki saja tanpa mau berfikir ini bakalan berakhir dimana ujung jalannya. Masuk keluar kampung, masuk gang yang satu ke gang yang lain. Menyusuri trotoar, menyebrang ke jalan sebelah. Jalan saja terus.

Konsep yang sederhana, namun belum sempat saya coba (meski punya niat untuk menjalaninya, sendiri).



Just Walk ..!
Dan.. minggu pagi di penghujung bulan September, saya kuatkan niat untuk mencoba Liburan ala bapak Ery ini. Cukuplah tas kecil tempat dompet dan hape, celana training, kaos dirangkap dengan jaket tipis, dan tidak lupa sepatu kets atau jogging.

Saya tidak menentukan rute, saya berjalan ke arah lapangan Rampal, sebuah tempat berkumpulnya masyarakat Malang untuk jogging, senam atau sekedar nyemil. Olahraganya sedikit makannya yang banyak. Hahaha.

Namun, hati saya gak mau ke situ. Klojen, menyusuri trotoarnya hingga bertemu stasiun kota baru lalu berbelok ke arah Bundaran Tugu. Semangat saya makin naik, hape akhirnya keluar dari tas. Beberapa spot foto saya abadikan.

Saya tak mau berlama-lama, takut malah asyik terus malas melanjutkan. Telinga saya sumpel dengan earphone yang tertancap ke hape tadi. Lagu-lagu cinematic hasil mengunduh dari youtube menemani langkah-langkah saya yang tak bisa dibilang santai. Beberapa orang menyapa dengan senyuman saat berpapasan di bundaran tugu.



Lho kok...
Sepanjang jalan banyak hal yang menarik saya. Mungkin karena saya berjalan sehingga yang biasanya terlewat saat berkendara, kali ini sangat detail bisa terlihat. Barisan rumah kuno di sekitar jalan ijen nun terkenal itu. Belum suasana yang didapat, bagaimana keriuhan car free day di jalan tersebut. 
Langkah saya berhenti di depan sebuah pasar tradisional. Pasar Oro-oro dowo namanya. Sering saya melewati pasar ini saat berkendara naik sepeda motor. Namun kali ini, ada keinginan untuk memasukinya.

Wah, ini pasar tradiosional rasa supermarket. Bersih dan tertata. Lantainya? Jangan tanya, bersih tak ada sampah dan genangan air. Bau khas pasar tradisional yang menusuk tak akan tercium disini. Dan bagi yang berbelanja dalam jumlah banyak disediakan trolli. Gak e, andai semua pasar di Malang bisa seperti ini, kan nyaman sekali.



Saat waktu mendekati pukul 8, segera saya meninggal pasar itu untuk kembali ke rumah.

Nyatanya, berjalan kaki menelusuri jalanan kota bisa menjadi liburan yang mengasyikkan. Tapi yo pagi hari, saat udara Malang masih sejuk dan lalu lalang kendaraan belumlah ramai. Dan, sebisa mungkin saat tanggal merah, biasanya lalu lalang kendaraan lebih sepi dari hari-hari biasanya.

Eh, liburan berikutnya jalan kemana lagi ya, rumah, celaket, samaan, trus ...





You May Also Like

0 komentar