Selalu Ada Alasan Untuk Kembali Ke Seketip

by - October 03, 2019

 

Siang telah beringsut sore saat saya tiba di Seketip bersama Suyitno. Tampak Tri, Pak Nyomo, dan Gianto duduk menikmati kopi di teras rumah Pak Kasno, warga setempat yang menjadi Mitra Polhut. Dan, rumahnya otomatis menjadi basecamp kami di dusun yang memiliki ketinggian sekitar 1.050 mdpl itu.


Kali ini kami tergabung dalam Tim Monitoring Elang Jawa di Cagar Alam Gunung Sigogor tahun 2019. Dan Seketip, menjadi dusun terdekat dengan kawasan konservasi tersebut. Saking dekatnya, kita takkan mendapatkan sinyal hape apapun. Jadi matikan hape, dan nikmati kesunyiannya.

Sebenarnya,  Seketip masih bagian dari Dusun Toyomerto, Desa Pupus. Entah kenapa, kami lebih sreg memanggilnya dengan Seketip. Bisa jadi lebih unik, dan jarang ditemukan di daerah lain yang menggunakan nama tersebut. Yah, terkesan kuno gitu.

Selain dingin dan tak bersinyal hape, yang bikin rindu Seketip adalah kopinya. Kopi Robusta yang menjadi tanaman tumpangsari pada hutan milik Perum Perhutani. Apalagi menikmatinya sambil duduk nongkrong di dapur milik Pak Kasno. Dapurnya masih tradisional, karena masih menggunakan tungku dan berbahan baku kayu bakar. Kebayang deh, menghangatkan badan sambil menikmati segelas kopi Seketip. 

Kami sering berdiskusi hingga larut malam di sekitar tungku ini. Kadang sambil melepas lelah, kami membicarakan kegiatan seharian tadi dan merencanakan kegiatan esok harinya. Tak jarang ide-ide liar kami muncul di depan tungku ini.



Mulai membicarakan elang-elang penghuni kawasan, sebarannya, blok-blok kawasan yang perlu dijelajahi ulang, hingga lokasi-lokasi pemasangan kamera trap bagi si Gogor. Gogor, sebutan lokal bagi Macan Tutul atau kumbang di daerah setempat. Mungkin itu juga yang melatarbelakangi penamaan kawasan ini mnenjadi Gunung Sigogor, yakni gunung tempat tinggalnya Gogor. Dan, kami masih terus berusaha membuktikan bahwa kucing besar itu memang ada di cagar alam.

Saat pagi menjelang, biasanya kami akan dipanggil pekik-pekik suara elang yang soaring atau sekedar melintas di atas Seketip.  Maka berhamburanlah kami menuju jalan untuk mengabadikannya. Damn, bahkan elang terbangpun menjadi pemandangan yang sangat lazim disini.  Ini juga yang membuat saya tak lupa untuk membawa kamera setiap kali ke Seketip.

Memang selalu ada alasan untuk kembali ke Seketip.  Tapi jangan lupa untuk membawa jaket tebal dan sleeping bag sebagai teman tidur kita. 

Yuk ah... ke Seketip.

You May Also Like

2 komentar

  1. kapan ke sono bareng aku ... aku juga beberapa kali ke tempat itu tapi kita belom pernah ketemu di lokasi ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. singgahlah di rumah petugas kami, Gianto, semoga diberikan umur panjang agar bisa bersua

      Delete