Pak Min, Sang Muadzin Itu Berpulang
Namanya Muhammad Amin Syafi’i, namun orang-orang sering memanggilnya dengan “Pak Min”. Beliau sudah sangat sepuh saat saya berjumpa pertama kali beberapa tahun yang lalu, di Masjid An Nur yang terletak di Jalan Kapt. Piere Tendean Gg 1C No. 1, Jagalan – Kota Malang.
Pandangan mata Ustadz Abdullah Sholeh Hadromi nampak berkaca-kaca saat beliau mengumumkan bahwa Pak Min meninggal dunia, dan lepas Isya akan disholatkan di masjid lalu dimakamkan di Pemakaman Kasin. Jarak saya dengan Ustadz Hadromi (demikian jamaah lebih mengenalnya) tak lebih dari 3 langkah, sehingga dengan jelas dapat saya lihat raut wajahnya yang sedih.
“Pak Min, telah menjadi muadzin di masjid ini sejak saya masih kecil, Masya Alloh. Saat ini saya berusia 50 tahun, berarti setidaknya beliau sudah mengumandangkan adzan selama 40 tahun”, ujar Ustadz Hadromi.
Dan selama itu juga Pak Min melaksanakan sholat 5 waktunya di masjid tersebut, meskipun beliau buta. Ustadz Hadromi sedikit mengisahkan bagaimana pak Min kadang menabrak tiang listrik di perempatan kampung saat menuju ke Masjid. Masih lekat diingatannya, bagaimana Pak Min selalu dikelilingi anak-anak kecil jika pulang dari masjid, karena suka membagi-bagikan permen.
“Dan disitu, mejadi tempat biasanya Pak Min melaksanakan Sholat Sunnah saat tiba di dalam masjid”, tambah Ustadz Hadromi sambil menunjuk sebuah tempat di sisi kanan dekat pintu. Beberapa jamaah menganggukkan kepala, membenarkannya.
Kajian malam itupun tidak melanjutkan Kajian Tafsir Qur’an Surat Al Hajj sebagaimana biasanya, namun Ustadz Hadromi memilih untuk membahas tentang keutamaan seorang Muadzin.
Keutamaan Muadzin
1. Tidaklah suara Muadzin didengar oleh segala sesuatu melainkan itu semua akan menjadi saksi
Abu Said al Khudri -Radhiyallahu anhu- berkata kepada Abdullah bin Abdirrahman bin Abi Sho’sho’ah al-Anshari:
إِنِّي أَرَاكَ تُحِبُّ الْغَنَمَ وَالْبَادِيَةَ فَإِذَا كُنْتَ فِي غَنَمِكَ أَوْ باَدِيَتِكَ فَأَذَّنْتَ بِالصَّلاَةِ فَارْفَعْ صَوْتَكَ بِالنِّدَاءِ, فَإِنَّهُ لاَ يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلاَ إِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ إِلاَّ شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. قَالَ أَبُوْ سَعِيْدٍ: سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Sesungguhnya saya melihat kamu menyukai kambing dan daerah pedalaman, maka jika kamu berada di antara kambing-kambingmu atau di pedalaman lalu engkau mengumandangkan adzan, maka keraskan suaramu dengan adzan tersebut, karena sesungguhnya tidaklah mendengar suara muadzin baik itu jin, tidak pula manusia dan tidak pula sesuatu apapun kecuali akan bersaksi untuknya pada hari Kiamat. Abu Sa’id berkata: Saya mendengar hal ini dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam”.(HR. Al-Bukhari)
2. Muadzin akan diampuni dosanya sesuai suaranya dan mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang shalat bersamanya
Dari Al-Barra’ bin ‘Azib -Radhiallahu anhu- bahwasanya Nabi -shalallahu alaihi wa alihi wasallam- bersabda:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصَّفِّ الْمُقَدَّمِ وَالْمُؤَذِّنُ يُغْفَرُ لَهُ بِمَدِّ صَوْتِهِ وَيُصَدِّقُهُ مَنْ سَمِعَهُ مِنْ رَطْبٍ وَيَابِسٍ وَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ صَلَّى مَعَهُ
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya akan bershalawat untuk orang-orang yang berada di shaf yang terdepan. Muadzin akan diampuni dosanya sepanjang suaranya, dan dia akan dibenarkan oleh segala sesuatu yang mendengarkannya, baik benda basah maupun benda kering, dan dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang shalat bersamanya”. (HR. An-Nasai dan Ahmad dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib)
3. Muadzin diampuni oleh Allah dan dimasukkan dalam Surga kelak
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَعْجَبُ رَبُّكُمْ مِنْ رَاعِى غَنَمٍ فِى رَأْسِ شَظِيَّةٍ بِجَبَلٍ يُؤَذِّنُ بِالصَّلاَةِ وَيُصَلِّى فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا إِلَى عَبْدِى هَذَا يُؤَذِّنُ وَيُقِيمُ الصَّلاَةَ يَخَافُ مِنِّى فَقَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِى وَأَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ
“Rabb kalian begitu takjub terhadap si pengembala kambing di atas puncak gunung yang mengumandangkan adzan untuk shalat dan ia menegakkan shalat. Allah pun berfirman, “Perhatikanlah hamba-Ku ini, ia beradzan dan menegakkan shalat (karena) takut kepada-Ku. Oleh karenanya, Aku telah mengampuni dosa hamba-Ku ini dan aku masukkan ia ke dalam Surga.” (HR. Abu Daud dan An-Nasai dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa Tarhib)
4. Jikalau Manusia Mengetahui apa yang ada di dalam Adzan, niscaya mereka akan saling berundi
Dari hadits Abu Hurairah -Radhiyallahu anhu- bahwasannya Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi Wasalam- Bersabda,
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى الْعَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Jikalau manusia mengetahui apa yang ada di dalam adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkan hal itu kecuali dengan berundi atasnya, maka niscaya mereka akan berundi, jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam bersegera pergi ke masjid, maka niscaya mereka akan berlomba-lomba kepadanya, jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam shalat isya’ dan shalat shubuh maka niscaya mereka akan mendatangi keduanya walau dalam keadaan merangkak.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
5. Muadzin memiliki leher yang panjang di antara manusia pada hari Kiamat
Disebutkan dalam hadits Muawiyah bin Abi Sufyan -Radhiyallahu anhu- berkata;“Aku mendengar Rasulullah – Shalallahu ‘alaihi wasalam- Bersabda,
الْمُؤَذِّنُونَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Seorang muazin memiliki leher yang panjang di antara manusia pada hari Kiamat.” (HR. Muslim)
0 komentar