SAYA DAN DIMPA CHAPTER FIVE, “Anyi dan Remaja Masjid”

by - June 24, 2020


Hidup kadang butuh hentakan dan kejutan-kejutan kecil, biar kita tahu bahwa ada tahu yang bulat. Eh, maksudnya biar kita sadar bahwa hidup tidaklah landai begitu saja, bahwa hidup tidaklah mapan begitu saja, tidak seperti yang kita inginkan.

Cetung..! Ada pesan masuk pada media facebookku siang itu. Setengah senyum geli sambil bergumam, masih ada saja yang kirim-kirim pesan pakai messenger-nya facebook. Yang bikin menyita perhatian saya adalah si pengirim, Anyi, anak DIMPA angkatan tahun 2010. Dan sepertinya sudah lama sekali saya tidak mendengar kabar tentangnya. Terakhir yang kudengar dia pulang kampung ke Reo, Manggarai, tanpa menyelesaikan kuliahnya.

Masih lekat dibenak saya, Anyi yang punya nama asli Titik ini berperawakan kurus, rambut pendek kering, dan yaahh.. rada tomboy gitulah. Sampai ada yang nyebut jika si Anyi ini salah casing.

Setelah meminta nomor whatsapp, iapun menghubungi saya melalui whatsapp. Takjub juga saya membaca berita darinya, lagi aktif-aktifnya bersama remaja masjid di Manggarai. Meski pengakuannya, ia tak masuk dalam jajaran kepengurusannya. Ah .. itu hanya formalitas saja nyi, yang penting aksinya, hihi.

Semua berawal dari keinginannya untuk kembali berorganisasi sekalian cari kerjaan dan kesibukan. Pinginnya sih menjadi relawan covid-19. Kurang niat gimana, sampai kantor kecamatan dan kelurahan disatroninya, niat beut.

Menurut Anyi, kegiatan remaja masjidnya masih dirasa kurang. Hanya pada hari-hari besar agama saja, seperti lomba adzan dan tilawatil. Kegiatan sosialnya masih sangat kurang. Jelas tantangan tersendiri baginya.

“Kamu dah berhijab nyi ?” tanyaku siang itu.
“Sudah”
“Ya kalau pas mau keluar saja, maksudnya kalau ke tetangga mau ghibah-ghibah gitu ya gak pake, hahahah”.

Saya masih ingat, tiba-tiba saja Anyi menghilang dari kota Malang. Di kampus tidak ada, di sekretariat DIMPA juga tak pernah terlihat batang hidungnya. Pertemuan terakhir dengannya justru di sekitar Bundaran SMP Negeri 5 Malang, kala itu ia baru saja pulang berobat dari Rumash Sakit Lavalette.

“Gak betah mas, kuliah banyak yang harus diulang, di DIMPA sudah gak asyik lagi, pelan tapi pasti angkatanku hilang satu persatu. Dan saya sedang sakit. Ya sudah, saya tinggal saja semuanya”.

Tanpa disadarinya, sebenarnya ia merindukan masa berorganisasi, menjalankan rodanya agar tetap berputar. Itu sebabnya, anyi tetap mencari wadah yang bisa menyalurkan aspirasi berorganisasinya.

“Kangen juga ... dulu waktu di DIMPA gak begitu kerasa”

Sedati, Sidoarjo
3 Dzul Qo’idah 1441 H
24 Juni 2020

*) foto : facebook fify salampesy


You May Also Like

0 komentar