Ini Kuskus Bukan Kukang Apalagi Wupih
Suatu siang di sebuah kantor bertajuk Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur, tidak jauh dari Bandara Internasional Juanda. Sekonyong-konyong seorang pemuda yang usianya sudah tak tanggung lagi, memiliki hajat di kantor berwarna oranye itu. Tak lama, gak pakai sekonyong-konyong, dokter (satwa) Ja'far menemuinya, dan terjadilah percakapan berikut,
"Lha, ini mah Kuskus mas, sekilas memang mirip sih. Dapat dari mana nih?” selidik Ja'far, (masih) pemuda asli Bandung jebolan FKH Brawijaya Malang.
“Kok bisa piara ini?” cecar Ja'far sambil memercingkan sebelah matanya.
“Mmm.. anu pak, dibawain sama kakak saya yang kerja di pelayaran,” jawab pemuda itu gak pakai sedikit malu.
"Waduh... ini diserahkan karena tahu Kuskus termasuk satwa liar dilindungi ya?” tanya Ja'far rada bangga dikit.
“Nngg… Enggak sih pak, karena kencingnya bau”
“Ohh… Jadi kalo pipisnya gak bau, bakal terus dipelihara?” ujar Ja'far mulai nyolot.
“hehehe …” si pemuda hanya bisa garuk-garuk kepala.
Sekilas, Kuskus memang mirip penampilannya dengan Kukang, ada garis tengah pada punggung badannya, mirip juga dengan Wupih Sirsik atau Sugar glider, sesama satwa asli Papua. Tetapi, bedanya Kuskus memiliki ekor dan secara visualpun terlihat beda pada moncong, kuku, mata, dan cara bergeraknya yang lebih lincah dibanding Kukang.
Tangan Kuskus |
Kasian bener jadi satwanya, udah jadi korban perburuan, perdagangan, dan peliharaan, eh… ditambah jadi korban fitnah.
Malang, 29 Desember 2021
Agus Irwanto
Twitter @agusirwanto
0 komentar