Karies Berakhir Kronis

by - January 15, 2009

Data terkini Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 Departemen Kesehatan yang dirilis Desember 2008 oleh Menteri Siti Fadilah Supari, mengungkapkan bahwa 72,1 persen penduduk negeri ini mempunyai pengalaman gigi bolong (karies) dan 46,5 persen di antaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat. Bandingkan dengan negara Asia lain seperti India yang hanya 36 persen, Malaysia 55 persen, dan Sri Lanka 55 persen. "Padahal, secara ekonomi, Sri Lanka jauh di bawah kita," ujar Zaura.

Menurut Zaura, jumlah gigi orang Indonesia yang berlubang itu jauh di atas target Badan Kesehatan Dunia (WHO), yang mencanangkan tiga gigi berlubang secara global pada 2010. Sedangkan di negeri ini, rata-rata lima dari susunan gigi tetap orang dewasa yang berjumlah 32 itu bolong. Kemudian, dalam hal kebiasaan menggosok gigi, riset mencatat, 91,1 persen penduduk usia 10 tahun ke atas telah melakukannya setiap hari. Namun, cuma 7,3 persen yang menggosok gigi secara benar, yaitu setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Data tersebut adalah bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat Indonesia.
Drg Paulus Januar menambahkan, masyarakat tidak boleh lengah dengan karies gigi. Sebab, kuman penyakit yang bersarang di gigi bisa menyebabkan infeksi di bagian tubuh lain. "Infeksi gigi itu mengandung bakteri. Karena letak infeksinya sangat dekat dengan pembuluh darah, bakteri bisa terbawa ke seluruh tubuh," katanya. Kasus yang pernah terjadi, kata dia, bakteri masuk ke pembuluh darah, lalu menempel pada timbunan lemak di pembuluh arteri jantung dan membuatnya beku.
Yang terjadi adalah aliran darah ke jantung terhambat karena ada gumpalan lemak yang mengeras. Zaura menambahkan, hati-hati juga dengan ibu hamil yang memiliki gigi berlubang karena kondisi itu membuat si ibu berisiko memiliki bayi prematur. "Peradangan gigi membuat zat berbahaya dilepaskan ke aliran darah sehingga mempengaruhi berat tubuh bayi," ia menjelaskan.
Lalu, bagaimana kriteria gigi sehat? Ahli kesehatan gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia ini menyebutkan, yang pertama adalah bersih dari plak, lalu gusi merah dan tidak berdarah. dan tentunya gigi tidak bolong. Adapun mengenai warna gigi, tergantung warna kulit. Kulit putih umumnya bergigi keabu-abuan, lalu kulit hitam giginya cenderung putih. Sedangkan kulit sawo matang, kata Zaura, giginya biasanya berwarna kuning. Soal pasta gigi, tak perlu repot. "Pasta gigi, baik yang mengandung detergen ataupun tidak, sama amannya," ucapnya. Yang penting mengandung zat aktif fluorida yang pelindung gigi dan gusi dari pembusukan.
Para dokter gigi ini saat ini miris juga dengan rendahnya isu kesehatan gigi ketimbang HIV/AIDS, flu burung, dan demam berdarah. Padahal, gigi merupakan gerbang utama proses pencernaan manusia. Menilik krusialnya peran gigi pada kesehatan, Zaura menyarankan, jagalah masa transisi gigi pada anak usia 6 tahun. Di antaranya dengan mengurangi makanan cokelat, permen, dan makanan manis lain. Kemudian, menggosok gigi minimal dua kali sehari, pagi setelah sarapan dan malam hari menjelang tidur. "Umur 6 tahun, gigi permanen mulai tumbuh menggantikan gigi susu," ujarnya. HERU TRIYONO
Hindari Gigi Berlubang
# Kurangi makanan manis, seperti cokelat dan permen.
# Gosok gigi dua kali sehari, pagi usai sarapan, dan malam menjelang tidur.
# Gunakan permukaan sikat gigi yang lembut.
# Berkumur dulu sebelum gosok gigi untuk melembabkan gusi.
# Bila perlu gunakan benang gigi buat menjangkau daerah yang sulit dibersihkan.
# Periksa gigi setiap 6 bulan. (Koran Tempo, 15/01/09)

You May Also Like

0 komentar