Ke Kawah Ijen (lagi)

by - October 11, 2012

Pos Pal Tuding
Dari sekian banyak kawasan hutan dalam pengelolaan kantor saya, inilah salah satu lokasi favorit saya. Taman Wisata Alam Kawah Ijen, bukan karena banyak pengunjung manca negaranya, juga bukan sekedar puncaknya yang bisa dicapai dengan satu jam perjalanan penuh tanjakan, tapi juga karena suasana dan iklim di sana. hmmmm. 



Dan keinginan tersebut rupanya bersambut, meski sedikit mendadak. Yup, mendampingi kru production house yang akan membuatkan film / video promosi pariwisata kawah ijen bagi kantor tempat saya bekerja. Gak tanggung-tanggung, sang pembuatnya adalah sang maestro pembuat video dokumenter, Sarwoko, alias mas koko, kameramen jebolan Metro TV sekaligus pembuat acara expedition nun terkenal itu.

* * *

Saya sangat semangat, meski ketika berangkat harus membawa "tumpangan" berupa sepeda motor di bak belakang menuju Jember. Masih dengan bersepatu kantoran, saya berhasil memperlengkapi diri dengan pakaian ganti, sleeping bag, dan jaket selama untuk beberapa hari di Kawah Ijen. Semua barang itu sudah tersedia di laci meja saya untuk berjaga-jaga jika ada tugas mendadak (dan menyenangkan) macam ini.

Meski ada kabar, suhu terakhir di Pal Tuding (pos kedatangan) sekitar -2 hingga 2 derajat celcius saat malam, tapi saya tetap tidak gentar. Ditemani Dheny, sejawat saya, kamipun meluncur ke Pal Tuding melalui jalur Gardu Atta - Bondowoso. Jalur ini dipilih karena terdekat dari Jember, plus jalur Licin Banyuwangi putus karena adanya perbaikan Jalan.

* * *
Pal Tuding

Suhu di Pal Tuding tidak se-ekstrim berita terakhir, meski suhu benar-benar membuat tangan serasa beku. Pagi-pagi buta yang beku itulah saya, dheny, 4 orang kru (Mas Koko, Ricky, Iwan, dan Budi) serta 2 orang porter berangkat naik ke Puncak Kawah Ijen. Subuh itu kami tidak sendiri, karena para turis mancanegara bahkan ada yang lebih buta lagi berangkatnya alias lebih malam. Balutan di tubuh saya hanya kaos berwarna hijau, celana PDH kerja, jaket flis merk Claw, dan sepatu kantoran, hedeh... cukuplah untuk berjuang dengan kondisi kering di Kawah Ijen, Jalanan tentu berdebu dan butuh kewaspadaan atas debu bercampur kerikil yang mudah bikin kita terpeleset.

* * *
Bercampur kabut menyusuri puncak

Angin kencang dan sering berubah arah membuat areal puncak seperti berkabut tebal, padahal itu asap dari belerang yang tertiup angin liar. Awalnya pasti kaget dengan asap setebal ini, tapi kelamaan juga kita terbiasa, meski harus tetap menutupi hidung dangan masker atau sekedar bandana. Turis sudah banyak berada di puncak, dan akan terus mengalir hingga sekitar Pukul 10.00 WIB saja. Selebihnya puncak akan sepi kembali. Begitu pula kegiatan pengambilan belerang dari dasar kawah, tidak akan hingga petang, karena pos penimbangan yang berada di Pondok Bunder akan tutup Pukul 14.00 WIB.

* * *
Pas moment-nya

Mendampingi kru pembuat video ini senang-senang membosankan, karena harus mengambil beberapa spot secara berulang-ulang dengan lokasi yang berpindah-pindah. Satu-satunya hiburan kami adalah cerita-cerita mas koko yang mirip acara tv National Geographic. Seru. Kalo rokok, jangan ditanya, Dji sam soe di kantong jaket saya menjadi korbannya, selain biskuit dan air mineral yang kami bawa. Sekitar Pukul 11.00 WIB barulah cacing-cacing perut kami bertemu nasi, jiriman dari pos Pal Tuding yang dibawa oleh petugas-petugas muda Pal Tuding.

* * *
double gardan.. wkwkwkwkwk

Sisi lain yang bikin betah di Kawah Ijen adalah Warung Bu Im. Meski ada beberapa warung lain, tapi warung Bu Im ini lebih mahsyur di telinga para wisatawan, begitu pula petugas macam saya. Joke-joke segar selalu keluar dari mulutnya yang selalu dibalas dengan joke-joke "jakarta-an" yang dibawa mas koko dan kawan-kawan. Jadinya suasana sangat segar. Belum lagi tingkah para wisatawan yang silih berganti mampir, hanya untuk ngopi ataupun duduk berlama-lama. Hmmm .. semua itu membuat saya berat sekali untuk beranjak cepat-cepat dari Pal tuding, karena belum tentu tahun depan saya ditugaskan kembali ke kawah ijen.

awesome dah..

You May Also Like

5 komentar

  1. waaaaaaahh kesini tahun 2010 dengan sangat drama :D

    pake motor, perjalanan dari jember dimulai jam 12 malem. tobaaaaattt..

    ReplyDelete
  2. Duble Gardane awesome bangggeet,kaya pelangi,,warna warni tabrakan,,heheh ,,,nely,,

    ReplyDelete
  3. @ mbak Nely... awesome banget tuh sepatu ama kaos kaki udah sering keluar hasuk hutan.. wkwkwkwk

    @ AST. Thn segitu jalur gardu atta - sempol rusak berat 15 km, kita aja yg naik mobil patroli double gardan pada pegel semua ...

    ReplyDelete
  4. @ AST. Jalur dari Bondowoso, jalan rusak tinggal 3 km saja, jalur Licin _ Banyuwangi masih putus karena ada perbaikan jalan.

    ReplyDelete