Gowes Menjadi Sebuah Pilihan

by - May 31, 2020



Sebenarnya saya tidak terlalu hobi bersepeda atau gowes. Betul. Serius. Tapi sejak dua bulan yang lalu saat saya memeriksakan kesehatan ke Dokter Janggan, mau tidak mau saya harus rutin berolahraga. Awalnya hanya rasa tidak nyaman pada dada kiri, yang kelamaan menjadi seperti apa ya, hingga pada suatu malam saya seperti hampir kehilangan kesadaran. Sejak itu saya bertekad untuk mengetahui apa penyakit saya.

Balik lagi ya, sebenarnya saya cukup rutin olahraga, tapi cuman seminggu sekali, jogging. Saya bisa kuat jogging sejauh 5 km tanpa henti dalam waktu kurang dari 60 menit, itu jogging ya, santai. Tapi kata Dokter Janggan itu tidak cukup, harus setiap hari selama 30 menit, ya jalan kaki saja. Plus, tidak makan gajih, santan, jeroan, dan gorengan. Saya tahu, salah satu penyebabnya adalah pola makan saya yang kurang sehat.

Well, oke, sejak saat itu saya rajin berjalankaki menelusuri jalan-jalan kota Malang setiap pagi. Yup, setiap pagi. Kebetulan saat itu sudah mulai wabah Corona, sehingga ke kantor hanya 2 hari dalam seminggu, Selasa dan Rabu. Jika ke kantor, begitu tiba di kantor sekitar pukul 06.30, langsung saya berjalan kaki ke perumahan belakang kantor. Namun semenjak ada penyemprotan desinfektan di gerbang kantor, saya cukup berjalankaki mengitari arboretum yang letaknya tepat di tengah-tengah komplek Kantor Kehutanan.

Dan… Semenjak Surabaya menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar alias PSBB, Terminal Bungurasih langsung ditutup. Ini jelas mengimbas kepada saya dan para pekerja dari Kota Malang yang bekerja di Surabaya dan sekitarnya. Sayapun resmi Work From Home (WFH) hingga saya tulisan ini saya turunkan.

Puasa Ramadhan tidak menyurutkan saya untuk berolahraga, awalnya tetap jalan kaki, namun kelamaan saya bosan juga. Bersepeda menjadi alternatif pilihan. Dan sepeda lipat merah saya yang nganggur-pun saya aktifkan kembali. Dan mulailah saya hampir setiap pagi bersepeda keliling Kota Malang.

Biar lebih semangat, saya menggunakan aplikasi endomondo untuk mengetahui jarak, kecepatan, waktu, dehidrasi, hingga kalori yang terbakar. Plus jangan lupa, perlengkapan bersepeda, utamanya helm untuk keamanan. Saya mendapatkannya di Toko Outdoor IWAK-P milik Bang Ucok. Tentu dapat diskon karena saya kenal beliau sudah lama, dan sering berbelanja berbagai perlengkapan di tokonya sejak saya masih bujang hingga “bujang” kembali. Hahahaha.


Kondisi jalan Kota Malang yang siaga Covid19 juga terbilang lengang saat pagi. Tak heran saat wabah Corona seperti ini jalanan seperti dikuasai para penghobi gowes. Mulai sepeda balap, sepeda gunung, hingga sepeda lipat sering dijumpai berlalu lalang. Nampaknya, dengan adanya wabah ini, kesadaran untuk menjaga kebugaran semakin meningkat. Alhamdulillah …

Pagi hari menjadi pilihan waktu yang lebih utama dalam bersepeda, selain udara yang masih segar, jalan juga masih lengang, serta udara dijamin masih cerah, beda dengan sore hari yang belakangan sering turun hujan hingga malam hari.

Rute menjadi salah satu faktor agar gowes tidak membosankan. Jangan khawatir, Kota Malang memiliki banyak taman dan jalan yang indah untuk dilalui. Seperti alun-alun, Bundaran Tugu, Jalan Besar Ijen, Simpang Balapan, Jalan Veteran, Lapangan Rampal, hingga ke Timur, Sawojajar dan jalan kembar Ki Ageng Gribig. Asyik dah, yuk.. ting, ting, ting, ting.

Hamid Rusdi, Kota Malang
7 Syawal 1441 H
30 Mei 2020


You May Also Like

3 komentar

  1. pertama saya ucapkan selamat kepada "sepeda Lipat Merah" karena telah aktif kembali dan menjalankan tugas fungsional .
    kededua, ada hal menarik dalam tulisan ini terutama pada bagian pembelian di toko outdoor nya bang Ucok .. pertanyaannya saya dulu pernah nitip beli jaket (sampai 2 X) .. apa di toko ini juga belinya .. ??

    ReplyDelete
  2. "Bujang" jangan dipelihara terus ya bang ....

    ReplyDelete