Sepekan sudah hujan membasahi bumi, membuat genangan-genangan disana sini. Beberapa jalanan mulai terendam air, mulai semata kaki hingga selutut, tergantung drainase sekitarnya, buruk atau baik. Mbois kan.
Saat sore semakin tua, jari jemari saya masih sibuk mencari-cari foto-foto yang bisa menggugah semangat menulis bersinar kembali. Macam lampu petromaks yang berhasil dinyalakan saat maghrib menjelang tiba. Hingga kursor laptop berhenti pada sebuah foto, gundul, di sebuah warung kopi dekat penginapan di Denpasar, Bali.
Matahari sudah melebihi lengkungannya saat kujejakkan kaki di halaman museum ini. Mpu Purwa. Tak begitu hits namun patut dilihat perubahan yang terjadi bagi destinasi bernama museum.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Sa'id Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
centung !
centung !
centung !
Mataku masih berat saat bunyi notifikasi pesan masuk. Bunyinya berderet, menandakan pesannya lebih dari satu. Tapi, kok nomer ini enggak ke save ya.
Cetung ...!
“wek, yok opo kondisimu?”
“iki arep ta ajak kumpul-kumpul nek iso, yo ambek tarjo en mendhol”
“soale tepak iki, pas kunam teko ndik Malang”
“sesuk arek e wis mbalik samarinda maneh, mangkane njaluk ketemuan”