Hasrat
Usai adzan Subuh dan sholat subuh, aku lekas berangkat ke terminal Arjosari Malang. Udara masih mengigit, dingin. Tidak heran, semalaman hujan menguyur habis seantero kota Malang. Menyiram dosa-dosa warganya diakhir pekan, menghanyutkan jauh ke dasar alam mimpi.
Anjelie kunaiki juga. Badannya sudah tidak indah lagi, apalagi dengan bau bokongnya itu. Tetapi dibalik itu semua, ia tetap tegar, gagah, melayani semua lelaki di subuh ini. Mengantarnya dengan buaian angin dingin.
Sebal sekali, hasratku bergejolak di subuh ini, disaat sedang asyiknya kunaiki Anjelie. Memberontak dari bawah pusar hingga ke naik ke otak dan kemudian turun kembali ke dengkul. Asem tenan, makiku. Benar-benar tidak pada tempatnya. Kulawan hasrat ini, aku malu pada Anjelie. Kubuat tidur saja dalam buaian Anjelie. Ahh ... dapat juga kutidur dalam buaiannya.
Tapi tak lama, baru setengah jam aku terbuai, hasrat itu kembali datang. Mendobrak-dobrak, membuat aku memicingkan mata menahannya. Mengapa .. mengapa ..? Mengapa hasrat itu datang ketika aku sedang menikmati Anjelie di pagi ini. Tidak malukah kau hai hasrat pada mentari yang telah bersinar.
Segera setelah tiba, kuberlari meninggalkan Anjelie. Kupercepat, kumasuki ruangan itu, bersih, dan cukup sempit. Tak apalah pikirku, yang penting hasratku terpenuhi. Dan ... ahhhh, akhirnya lega juga setelah limbah cair itu kuhempaskan keluar, membanjiri selokan kecil dalam toilet umum ini. Kubersyukur tidak ngompol di dalam bis Restu Anjelie tadi.
Kuresletingkan kembali celanaku, dan kulangkahkan kakiku keluar dengan penuh kemenangan, tidak lupa menyetorkan uang seribuan ke penjaga toilet. Hmmm ... pagi ini Terminal Bungurasih ramai sekali, maklum Senin pagi, para pekerja seperti halnya aku mulai kembali ke Kota Pahlawan ini.
Anjelie kunaiki juga. Badannya sudah tidak indah lagi, apalagi dengan bau bokongnya itu. Tetapi dibalik itu semua, ia tetap tegar, gagah, melayani semua lelaki di subuh ini. Mengantarnya dengan buaian angin dingin.
Sebal sekali, hasratku bergejolak di subuh ini, disaat sedang asyiknya kunaiki Anjelie. Memberontak dari bawah pusar hingga ke naik ke otak dan kemudian turun kembali ke dengkul. Asem tenan, makiku. Benar-benar tidak pada tempatnya. Kulawan hasrat ini, aku malu pada Anjelie. Kubuat tidur saja dalam buaian Anjelie. Ahh ... dapat juga kutidur dalam buaiannya.
Tapi tak lama, baru setengah jam aku terbuai, hasrat itu kembali datang. Mendobrak-dobrak, membuat aku memicingkan mata menahannya. Mengapa .. mengapa ..? Mengapa hasrat itu datang ketika aku sedang menikmati Anjelie di pagi ini. Tidak malukah kau hai hasrat pada mentari yang telah bersinar.
Segera setelah tiba, kuberlari meninggalkan Anjelie. Kupercepat, kumasuki ruangan itu, bersih, dan cukup sempit. Tak apalah pikirku, yang penting hasratku terpenuhi. Dan ... ahhhh, akhirnya lega juga setelah limbah cair itu kuhempaskan keluar, membanjiri selokan kecil dalam toilet umum ini. Kubersyukur tidak ngompol di dalam bis Restu Anjelie tadi.
Kuresletingkan kembali celanaku, dan kulangkahkan kakiku keluar dengan penuh kemenangan, tidak lupa menyetorkan uang seribuan ke penjaga toilet. Hmmm ... pagi ini Terminal Bungurasih ramai sekali, maklum Senin pagi, para pekerja seperti halnya aku mulai kembali ke Kota Pahlawan ini.
0 komentar