Saya dan DIMPA Chapter Four, Mereka Yang Outstanding

by - October 21, 2016

Sumber : Facebook Nusawarna


Beban yang saya pikul beberapa tahun belakangan tidak ringan, beberapa saat saya hampir depresi menghadapinya. Tetapi saya sangat beruntung, saya punya Islam, saya punya Alloh SWT., saya punya Rosul yang menjadi junjungan saya, saya masih punya keluarga yang selalu men-support saya, dan tentu saya punya sahabat serta teman yang hadir di sekeliling saya. They are awesome !  Luar biasa.

* * *

Bicara luar biasa, pagi ini saat saya mulai membuka sebuah media sosial, saya menemukan laman adik-adik saya yang terus bergeliat untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Sengaja saya tak berusaha mencara referensi tambahan untuk saya bercerita sehingga tulisan saya nanti tampak lengkap dan bertele-tele. Tapi pagi ini hanya melihat sebuah pengunguman dan sebuah foto tersebut, saya dapat membayangkan bagaimana perjuangan mereka.

Adalah Aikha, waktu masih aktif di DIMPA dulu dipanggil marso, lagi-lagi saya mau ngomong, saya gak tau siapa nama lengkapnya, karena saya cukup tahu ya aikha. Perempuan asli Gorontalo ini bergerilya untuk memberikan pendidikan dasar bagi anak-anak pulau di sekitar Gorontalo sana dengan membentuk sebuah wadah bernama Nusawarna. Dan ia tidak sendiri, ada Adhi Godhil, putera Betawi yang ikut membantunya. Lagi-lagi saya tidak tahu siapa nama asli si Adhi Godhil ini.

Gaes, they are outstanding. Mereka keluar dari pakem sebagaimana lulusan sarjana yang biasa-biasa aja, lulus, cari kerja, dapat kerja disyukurin, gak dapat kerja berarti nganggur.

Mereka berani. Berani mencari cara lain untuk membaktikan hidup ini. Membuat jalan lain yang tidak semua orang mau menjalaninya. Bayangkan, mereka mau bersusah payah menyeberang ke pulau-pulau untuk memberikan tambahan pelajaran dasar bagi anak-anak pulau yang pendidikannya masih tertinggal di belakang. Gak di bayar dan tidak mendambakan penghargaan. 

* * *

Hasanah Thalib
Menurut saya, Hasanah adalah salah satu masa depan DIMPA bersama generasinya saat itu. Ada harapan besar pada diri saya saat itu, antara dia dan Aikha bisa mendobrak DIMPA dengan menjadi Ketua Umum pertama yang wanita. They are golden generation in DIMPA. 

sumber : instagram hasanah


Kemarin saya sempat terkaget-kaget melihat Hasanah sudah berada di Nabire dengan murid-muridnya yang berambut kriting, via instagram. Hei, what are you doing at Nabire?

Berbeda dengan aikha, saya hampir tak punya kontak dengan Hasanah yang asli orang Kolaka Sulawesi Tenggara itu. Satu-satunya kontak dengannya adalah instagram. Dan pagi ini saya berusaha menghubunginya via instagram untuk mencari tahu apa yang sedang ia selami saat ini.

Ternyata, Program Sarjana Mendidik di daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal (SM3T) yang membuat Hasanah menjejakkan kakinya di Nabire saat ini. Program yang dikhususkan bagi sarjana lulusan Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Sebagai sarjana fresh graduate Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, saya yakin dia tertantang untuk bergabung dengan program tersebut.

Bersama 2 orang rekan lainnya, yang semuanya perempuan berjilbab, ia ditempatkan di Distrik Moora Pulau Hariti, sebuah pulau yang harus ditempuh selama 1 jam dengan perahu Jonsong dari daratan Nabire. Mereka mengajar di SD YPK Mara Hariti, sebuah sekolah dasar kristen yang menjadi satu-satunya sekolah di pulau tersebut.

sumber : profil BBM hasanah


Meski berbeda keyakinan, Hasanah dan rekan-rekannya disambut dengan antusias di pulau yang berpenghuni hanya 50 KK tersebut. Tak jarang mereka diangkatkan air untuk kebutuhan sehari-hari oleh penduduk setempat, pun selepas menangkap ikan tak jarang mereka membagikan ikan hasil tangkapan. Jika pulau sedang sepi, tak jarang mereka diajak menginap di rumah-rumah penduduk.

Sejak September 2016, Hasanah sudah mulai mengajar di Hariti. Awalnya, murid yang masuk tidak tentu jumlahnya dan tidak pernah berbarengan. Tetapi lama kelamaan yang masuk sekolah jumlah muridnya semakin banyak. Ini karena saat ini sekolah jarang sekali tutup seperti sebelumnya. Cool, lain waktu saya ingin mendengar ceritamu di Hariti, nah.

* * *
Gaes, mereka anak muda era kekinian yang umumnya suka nongkrong di mall dan hangout bareng-bareng, atau selfi-selfi an di sebuah tempat baru. Tapi mereka lebih dari sekedar kekinian, mereka memberikan gambaran bahwa selagi muda mau memberi angin perubahan dengan yang apa yang mereka perbuat. Mereka tidak mau sama dan biasa. Gaes, mereka (dengan bangga saya ngomong), adik-adik saya yang outstanding.

Surabaya, Siklon La Nina, 21 oktober 2016

You May Also Like

2 komentar