Menghantarkan Mereka Kembali Pulang Ke Rumah

by - August 04, 2022


Jantungku berdegup dengan kencang, setengah tersungkur kuhempaskan juga pantat ini di atas padang ilalang. Disebut savana
kok yo ra pantes, sebab tingginya menghalangi pandangan mata. Viktor, pemuda asli Lembata masih terus mendaki tanjakan terjal di depan. Sedangkan saya lebih memilih merebahkan tubuh sambil sayup-sayup mendengar celotehan Jessica mendekat bersama rombongan mahasiswa kedokteran hewan.

Nyaris 4 jam kami berjalan dari Camp The Aspinall Foundation Indonesia Program - Javan Langur Centre (TAFIP - JLC) yang berada tak jauh dari Coban Talun, Batu, pada 28 Juli yang lalu. Di lokasi ini-lah banyak Lutung Jawa hasil penyerahan atau sitaan direhabilitasi untuk dikembalikan ke habitatnya.

Mulanya perjalanan masih landai hingga memasuki hutan lindung, dan mulai menanjak saat mengarah ke sebuah punggungan di pegunungan Anjasmoro. Setelah 3 jam berjalan mendaki, mulailah kami keluar dari kanopi hutan dan terhamparlah padang ilalang di depan. Indah sih, tapi dengan terik sinar matahari seperti ini, saya merasa bak sosis yang terpanggang.

Gak popo tah pak?” tanya Anang, membangunkan lamunanku diantara semak-semak ilalang. Bujang lapuk asli Malang Selatan ini berusaha meyakinkanku bahwa lokasi pelepasannya tak jauh, diujung ilalang. Tapi suara Ngatemin di handy talky bikin semangatku runtuh kembali.

iki perjalan sik adoh loh, rekan-rekan istirahat dulu, kira-kira 30 menit berjalan ada tanah yang datar dan teduh untuk makan siang”, teriak Ngatemin di HT.

saat berhenti jendela atas kandang angkut dibuka agar lutung tidak stres

Melepasliarkan Bukan Sekedar Dilepaskan
Agar siap untuk dilepasliarkan, ketiga Lutung Jawa atau Lutung Budeng ini harus menjalani proses rehabilitasi tidak kurang dari 2 tahun, dengan masa observasi selama 4 bulan di TAFIP-JLC. Dalam kurun waktu itu pula mereka harus menjalani pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk memastikan sehat dan bersih dari berbagai penyakit.

Coba deh  googling kata zoonosis, sudah ? yah itu adalah penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya. Lutungpun bisa terinfeksi penyakit bawaan manusia, karena lama berinteraksi dengan manusia saat mereka dipelihara di rumah. Sebelum kembali ke habitatnya, mereka harus dipastikan terbebas dari penyakit yang bisa di dapat saat dipelihara manusia. Termasuk COVID-19 !

Nah, saat masa rehabilitasi, Lutung akan dibiasakan dengan makanan alaminya, seperti dedaunan, buah dan bunga. Mereka juga dibiasakan hidup bersosialisasi dengan Lutung lainnya, karena di alam, Lutung hidup berkelompok.


Kembali Pulang
Mata saya berbinar ketika tiba di lokasi pelepasliaran. Rasanya tubuh ini kembali bergairah setelah dikuras untuk perjalanan 6 jam. Sempat kulirik waktu di handphone, pukul 2 siang, itu berarti bisa kemalaman saat kami pulang nanti.

Sejurus kemudian Anang, Ngatemin, dan Viktor mempersiapkan tempat pelepasliaran. Mereka bertiga merupakan staf dari TAFIP - JLC. Sebuah batang pohon yang tanggung disandarkan pada pohon tinggi disebelahnya, sebagai jalan bagi Lutung agar mudah naik ke atas.

Tak berapa lama Anang sudah mewanti-wanti rombongan agar tidak bersuara dan mengambil jarak agak menjauh. Ini tidak lepas dari ketiga ekor Lutung yang terkenal trouble maker selama di kandang rehabilitasi. Ketiganya masing-masing seekor jantan bernama Ponari dan 2 ekor betina bernama Bona dan Siti. (Maaf jika ada kesamaan nama, bukan maksud kami, hiks)

Butuh waktu sejam untuk melepasliarkan ketiga Lutung. Perlahan-lahan, rombongan turun untuk mengambil jarak, hingga dapat dimastikan Lutung tidak mengikuti dari belakang. Bagaimana juga, mereka telah lama hidup bersama manusia.


Masih terngiang di telinga saya beberapa hari yang lalu saat memeriksa keadaan Lutung, Anang meyakinkan bahwa lokasi pelepasliaran bak negeri di atas awan. Dan saya berpikir, pasti jauh. Hahaha.

Namun saat balik badan, barulah saya ngeh, pemandangan luas membentang dari ketinggian 2.020 mdpl ini. Padang ilalang yang terhampar dengan bukit-bukit serta pemukiman yang jauh di bawah. Hilang rasanya penat lelah mendaki tadi.

Saya beserta rombongan pelan namun pasti mulai menuruni punggungan untuk kembali ke camp. Pandangan kami masih tak bisa lepas dari pemandangan yang di depan, hingga tertutup kanopi hutan kembali. Meski terpecah dalam beberapa kelompok kecil, namun semua dapat mencapai camp sebelum isya’, tentu dengan sedikit berlari-lari kecil dan terpincang-pincang.


Malang, 4 Agustus 2020
Terima kasih kepada TAFIP-JLC, para mahasiswa dari Kehutanan - Institut Pertanian Malang, Fakultas Kedokteran Hewan UB dan UNAIR, serta beberapa porter pengangkut kandang yang sehat-sehat. Great moment !


You May Also Like

0 komentar