Saat GOJEK Menjadi Bagian Hidup

by - June 08, 2016



Tak butuh waktu lama setelah saya melakukan order GOJEK (Jasa Ojek Online) melalui smartphone, sang driver Gojek langsung menghubungi, untuk dijemput di sebelah mana. Sapaan yang penuh sopan, dan pembawaan yang ramah menjadi ciri khas dari para driver Gojek selama saya beberapa hari berkegiatan di ibukota Jakarta, Mei 2016.

Usai mendapatkan booking-an hotel di sekitar Jalan Tondano Jakarta Pusat, masalah satu lagi adalah bagaimana transportasi kami selama berpameran di Jakarta Convention Center. Sempat berpikir naik taksi saja, tapi akhirnya saya putuskan kita ber-Gojek saja, apalagi smartphone saya sudah ter-install aplikasinya. Dannnnn… hanya 12 ribu rupiah saja ongkos dari JCC ke hotel kami, cepat dan murah. Bayangkan jika harus pakai taksi, menembus kemacetan di sekitar JCC yang super padat.



Bahkan malam hari saya memberanikan diri mengunjungi teman-teman saya di saat mereka berkumpul di rumah mbak Ida di seputaran jalan raya Budi. Dan selama perjalanan dapat saya dapati begitu banyak Gojek, yang berjaket hijau, hilir mudik di jalanan Kota Jakarta. Meski saat ini mereka tidak sendiri, ada beberapa jasa transportasi online yang juga bergerak di Ojek online ini. Sebutlah Grab bike (jaket hijau tua), Uber (jaket hitam), dan Ladyjek (jaket pink). Tapi Gojek yang merupakan pionir dengan jumlah armada terbesar. Bahkan saking banyaknya, rasanya mereka dapat ditemui dimana saja dalam 24 jam. Untuk Gojek yang tengah malam, mereka menyebutnya Gojek Kalong.



Usai Jakarta, Bandung, dan Surabaya, Gojek mulai merambah kota Malang. Jadi sekarangpun saya sudah mulai familiar melihat pengendara sepeda motor dengan mengenakan helm dan jaket hijau bertuliskan “Gojek”.

You May Also Like

0 komentar