Catatan Baru, Beluk Jempuk Ada Di Cagar Alam Pulau Sempu

by - March 14, 2021



Yaak .. yaak .. yaak  … bunyi riuh Kangkareng perut-putih tiba-tiba memecahkan keheningan Cagar Alam Pulau Sempu. Saat itu tim Resort Konservasi Wilayah 21 Pulau Sempu usai melakukan patroli rutin di Blok Pasir Putih dan hendak kembali ke Blok Waru-waru, tempat awal memulai patroli. Karuan saja keriuhan itu mengundang kami untuk mendekati beberapa pohon besar yang ada di depan.

Nampaknya beberapa Kankareng gusar dan berusaha mengusir sesuatu yang belum terlihat jelas. Tak menyia-nyiakan waktu, moncong-moncong kamera kami arahkan ke sekitar tajuk pohon tersebut, untuk mencari tahu apa sebenarnya yang membuat para kangkareng resah di sore hari seperti ini.

Tak berapa lama Hari Purnomo mendekati saya sambil menyodorkan hasil jepretannya tadi. Setelah mencocokkan data dengan aplikasi burungnesia, ternyata keriuhan tersebut disebabkan adanya Beluk Jempuk. Wajah sumringah terlihat jelas di wajah mas hari, karena dari database jenis aves di cagar alam ini belum pernah dijumpai burung hantu jenis ini.

Beberapa kegiatan penelitian, eksplorasi, hingga inventarisasi satwa liar tahun-tahun sebelumnya belum mencatat adanya perjumpaan dengan salah satu jenis burung pemangsa dari keluarga Strigidae ini. Pun demikian Buku Keanekaragaman Jenis Burung Di Cagar Alam Pulau Sempu yang dirilis Januari 2020, belum mencantumkannya juga.

Meski berstatus konservasi resiko rendah (least concern), namun data perjumpaan yang terlapor pada Buku Atlas Burung Indonesia baru ada 15 catatan di Jawa Bali.  Bersama beberapa jenis burung hantu lain, popularitasnya sebagai hewan peliharaan meningkat seiring kehadiran film Harry Potter. Sepanjang 2015, hingga 279 ekor yang diperdagangkan secara daring.

Selain Beluk Jempuk, dihari yang sama tim juga menjumpai 5 jenis Lepidoptera yang juga belum ada pada list keanekaragaman hayati cagar alam. Masing-masing Papilio peranthus, Troides amphrysus, Gandaca harina, dan Drupadia ravindra. Bagi Cagar Alam Pulau Sempu sendiri, perjumpaan ini tentu semakin mengukuhkan tentang betapa tingginya keanekaragaman hayati yang ada pada cagar alam seluas 877 hektar tersebut.


Malang, 9 - 10 Maret 2021

Foto : Hari Purnomo

You May Also Like

0 komentar