Patah Tulang

by - May 01, 2024



Mata saya perlahan terbuka, kesadaranpun mulai pulih. Tangan kiri saya sudah memakai arm sling, dan tidur miring ke kanan. Tak lama pandanganku tertuju pada jam dinding yang ada pada satu sisi ruangan pemulihan ini. Hmm, pukul 20.00 WIB, itu berarti 2,5 jam aku tidak sadarkan diri. Terakhir yang kuingat sedang merapal do’a-do’a dan dzikir saat  terbaring di meja operasi.

Tak lama berselang wajah Tulus, ini nama rekan kerja saya, nongol dibalik pintu. Sejak siang ia menemani saya mulai daftar operasi, ke IGD, hingga masuk ruang transit sebelum operasi. Bahkan, sejak pekan sebelumnya sudah ikut mendampingi saat bersua dokter Yovi, seorang dokter Ortopedi, untuk cek kondisi tulang yang patah dan mengatur jadwal operasi. Pun menemani saat cek darah hingga bertemu dokter anastesi untuk jadwal operasi juga beberapa hari kemudian.

Tak berapa lama Sukron ikutan nongol, lalu masuk dan mensejajari langkah Tulus. Berturut-turut bergantian, ibu bersama tante Nurul (sebenarnya gak pas juga kupanggil tante, karena ternyata om Nurul usianya hanya setahun lebih tua dibanding saya) serta Leny menjengukku di ruang pemulihan. Belakangan Ambon (kalau yang ini kalian sudah familiar-lah, teman saya sejak zaman kuliah dan sama-sama aktif di DIMPA-UMM) terlihat juga, malam ini dia yang akan menemani di kamar inap.


Ramadhan Tiba
Keluar dari rumah sakit, saya langsung disambut bulan Ramadhan nan penuh berkah. Namun, diawal bulan suci ini saya belum bisa ikut berpuasa. Selain kondisi tubuh yang masih lemah, juga obat yang saya konsumsi masih cukup banyak ragamnya. Dengan kondisi yang seperti ini, saya belum bisa sholat di Masjid, termasuk tarawih.

Tampaknya, dengan kondisi pasca operasi ini, membuat saya dan ibu jadi sering berdua di rumah. Sahur dan buka bersama. Seharian dari bangun tidur hingga tidur kembali di malam hari hanya berdua dengan ibu di rumah. Nanda, ponakanku yang tinggal di Malang juga sering balik ke Sampang.

Alhamdulillah, saat puasa memasuki 10 hari terakhir, kondisi tubuh semakin membaik dan bisa pergi ke Masjid untuk sholat Rawatib dan Tarawih berjamaah. Lalu, satu-persatu saudara berdatangan ke Malang untuk merayakan Idul Fitri bersama.

Jalan Kaki dan Ojol
Meski keadaan tubuh semakin membaik, catatan penting dari dokter Yovi sangat jelas, tidak boleh membawa sepeda motor, melakukan kegiatan yang berat, dan tangan kiri dijaga agar tidak mengangkat benda-benda berat. Arm sling sudah dilepas, namun untuk urusan sholat-pun tangan kiri tetap tidak boleh digunakan untuk menahan tubuh atau mendorong tubuh.

Dengan begitu, otomatis saya auto jalan kaki kemana-mana, tentu saja kalau jauh ya naik ojek online. Meningkat kemampuan jalan kaki saya penting juga untuk stamina tubuh, selain minum vitamin tulang rujukan dokter. Meningkatkan ibadah dan memperbanyak rasa syukur, akan membuat diri lebih sabar menghadapi semuanya.

Malang, MayDay
23 Syawal 1445 H

You May Also Like

1 komentar