nDower

by - June 10, 2024


Cetung ...!
“wek, yok opo kondisimu?”
“iki arep ta ajak kumpul-kumpul nek iso, yo ambek tarjo en mendhol”
“soale tepak iki, pas kunam teko ndik Malang”
“sesuk arek e wis mbalik samarinda maneh, mangkane njaluk ketemuan”

***

Hemmm, lak biasa. Durung sempat ta jawab, lak nyerocos ae arek iki.
Jik tas arep ngetik, arep mbales WA ne ..
“Tarjo karo mendhol wis tak WA, tapi durung njawab”
“lek Tarjo, kan omahe jejer omahku, mobil e wis ketok ndeprok nang ngarep omahe, berarti wis teko arek e, aman...”

***

Lho ya, lak gak mandek. Gak heran nawak sitok iki duwe julukan nDower. Yo disangkut-sangkutno ae, Fer, Wer. Sekilas tak beda.

***

Tak pernah menyangka bakal sekelas bersama Feriana alias nDower ini selama 3 tahun. Namun, awal yang berkesan jelaslah tahun pertama kami di Kelas 1 F SMA Negeri 5 Malang, atau yang sering kami sebut MALSEF. Disinilah saya bertemu mahluk-mahluk ajaib, yang seisi kelas tak kami panggil dengan nama aslinya, namun dengan nama kesayangan. Sebutlah, Tarjo, Mendhol, Dhaem, Bendhil, Pencenk, Kunam, Rantang, Najiboen, Payak, Item (almarhum, Al Fatihah), Engkong, Slempak, Sobluk, Gobo, dan masih berderet-deret nama ajaib lainnya.

Meski secara personal, saya tidaklah sangat dekat-dekat dan dekat yang sedekat-dekatnya dengannya. Namun, di usia kami yang mencapai kepala 4, ada diskusi yang sangat serius. Melampui seriusnya Kunam yang diam-diam melakukan pendekatan ke nDower, saking seriusnya lupa payungnya tertinggal di becak yang mengantarkan ke rumah nDower disuatu malam gerimis.

Sebuah diskusi yang membuat kami di generasi X ini harus menghadapi kenyataan bahwa rumah tangga kami berantakan. Namun, ada hal yang lebih penting dibanding berlama-lama dalam rasa kehilangan yang nyata. Menyusun langkah lanjutan di antara puing-puing yang berantakan tadi, demi masa depan anak. 

Sebagai seorang sahabat, saya yakin nDower sangat paham dengan apa yang sedang saya hadapi saat itu. Karena sesungguhnya ia sudah menghadapinya terlebih dahulu. Dan keuntungannya, dia di pihak wanita, dan saya di pihak lelaki, sehingga kami dapat bertukar pikiran. Emmm, enggak juga sih, honestly saya yang lebih banyak belajar darinya.

POV-nya (yaelah-yaelah), kita gak pernah nyangka loh, waktu banyak merubah. Mulai pola pikir hingga jalan hidup kita secara individu. Tapi percayalah sobat, saat kita bertemu kembali, jangan pernah tersinggung saat aib-aib waktu kita berseragam abu-abu putih kembali meluncur deras. Karena di titik itulah kita bisa kembali terbahak bersama. Suara tawa yang sama, yang menggema di lorong-lorong sekolah, di jalan Tanimbar.

Deeply, thank you 4 nDower



Kosakata
Ambek = karo = dengan
Kunam = manuk = burung, namun ditulisan ini nama panggilan teman saya
Ndeprok = duduk seenaknya di lantai
Nawak = teman

You May Also Like

1 komentar