Hal Merokok

by - June 16, 2008



Saya punya sejarah cukup panjang mengenai merokok. Pertamakali merokok saya lakukan ketika duduk di bangku SMP kelas 3. Ya, walaupun saya merokok ketika itu hanya seminggu sekali. Karena saya merokok ketika malam mingguan keluar bersama teman saya Johan Wongkar, membelah dinginnya kota Malang. Dengan patungan kita beli satu pak rokok dan kita habiskan malam itu juga sambil jalan-jalan menyusuri jalanan kota Malang. Saya masih ingat rokok kami ketika itu adalah Sampoerna Exclusive dan Bentoel Biru. Untuk ukuran saku pelajar seusia saat itu kalau ditanggung berdua menjadi tidak terlalu mahal. Kebiasaan merokok saya walapun tidak "ngebes" berlanjut ke SMA, banyaknya sih beli ngecer dan itupun tidak setiap hari saya beli, selain nanti akan cukup menguras uang saku saya, juga takut setengah mati kalau ketahuan Bapak saya. Tapi ketika kelas 3 SMA saya sempat berhenti merokok.

Dan kebiasaan merokok kembali kambuh ketika semester 2 saya kuliah di Malang. Merokok menjadi hal yang mengasyikkan, apalagi kalau kita sedang sendiri dan perjalanan jauh. Cukup ditemani secangkir kopi atau permen, jadi dahh. Hal ini terus berlanjut hingga saya bekerja. Bahkan walau sempat berhenti sekian lama, lagi-lagi saya kembali merokok. Biasanya godaan datang kalau sehabis makan atau ngopi.

Tapi sudah dua bulan ini saya berhenti merokok, dan kali ini alasan untuk berhenti sangatlah kuat. Dan saya berusaha sekuat tenaga untuk tidak merokok kembali. Hal terberat ketika berhenti merokok adalah beberapa minggu awal saya mengalami hal yang bernama detoksinasi. Sebuah proses dimana tubuh mengeluarkan racun-racun yang ditimbulkan oleh merokok dari tubuh kita. Keadaan ini yang menurut saya cukup menyiksa, karena sering mengalami "ampek" pada dada kita. Seolah-olah semalaman kita habis merokok satu slop rokok saja. Hampir setiap pagi saya selalu merasakan hal ini dengan kadar yang semakin lama semakin berkurang. Hingga kini saya kadang masih mengalaminya, terutama ketika bangun tidur.

Tetapi, menurut www.stopmerokok.com, hal yang berat untuk berhenti merokok adalah ketika merokok itu sudah menjadi kebiasaan. Maksudnya, sehabis makan kita merokok, kemudian ketika minum kopi kita merokok. Nah hal seperti ini yang sudah menjadi semacam tradisi dalam alur hidup kita, sehingga sulit berhenti merokok karena adanya kebiasaan itu tadi. Bahkan ada joke diantara teman-teman saya, "mari mangan gak rokokan koyok digepuk cino ora mbales". (sori neh bukan nyrempet SARA). Dan saya akui berat, bagaimana ketika habis makan kemudian menikmati rasa kenyang dengan merokok, fuuuh... rasanya susye gitu.

Tapi memang, bisa tidaknya kita berhenti merokok adalah dari niat kita, kuat apa tidak. Oleh karena itu saya mempunyai alasan yang sangat kuat untuk berhenti merokok.

You May Also Like

0 komentar