PERBURUAN BIOTA DI INDONESIA

by - February 24, 2011

Paus Di Timor



Lamalera, di atas pantai pulau Lembata, NTT adalah salah satu dari beberapa desa penangkapan ikan paus di Indonesia. Desa lainnya yang dikenal adalah Lamalera di Solor, Kampung Lewotoli di flores (keduanya di Provinsi NTT) dan kepulauan Kei di Maluku. Tetapi Lamalera telah dikenal sebagai desa/daerah ikan paus beberapa ratus tahun yang lalu. Pada tahun 1863, seorang petualang berkebangsaan Perancis pernah mencoba menghitung hasil penangkapan tradisionla ikan paus di Lamalera, kemudian diikuti oleh Engbers dan Max Weber di awal tahun 1900. Ikan-ikan paus datang untuk makan kira-kira di daerah laut Sunda dan Kepulauan Aru, yang merupakan salah satu daerah dengan biota laut yang terkaya di dunia. Sepanjang ujung pulau Flores merupakan dua jalur utama migrasi yang digunakan ikan paus ketika mereka menyeberang antara Laut Cina dan Lautan India. Selama migrasi tradisional ini berlangsung, para penduduk Lamalera khususnya laki-laki, pergi berlayar untuk berburu ikan paus sperma (sperm whale) yang dikenal dengan nama setempat yaitu Kotaklema. Ikan paus (seguni) dan ikan lumba-lumba (temu bela), bersama dengan ikan besar lainnya diburu/dibunuh. Nelayan tradisional dengan membawa peledang pergi berburu menggunakan sampa (kano tradisional) untuk menangkap ikan selama musim kemarau antara bulan Mei sampai Oktober. Peledang adalah perahu kayu yang tipis dengan layar yang dibuat dari anyaman keset dan daun. Penggunaan besi bagi mereka merupakan hal yang tabu sampai sekarang. Peledang hanya dilengkapi dengan seruit tangan yang sederhana kemudian mereka berburu ikan paus besar persis yang dilakukan nenek moyangnya dulu.
Agar dapat membunuh, penyeruit melompat dari perahunya ke punggung ikan paus besar selanjutnya menancapkan seruit tersebut ke dalam lapisan lemaknya. Kemudian yang lainnya (di perahu) memainkan ikan tersebut sampai mati. Kadang-kadang perahu itu terbalik setelah dihantam oleh ikan paus. Si peledang mungkin meninggal atau keadaannya kritis pada kejadian ini. Sementara yang lainnya kemudian pulang, lalu melakukan upacara untuk menghalau kejadian yang tidak menguntungkan tersebut. Sesudah berhasil dibunuh, ikan paus dibagikan menurut hak-hak tradisional. Bagian kepala misalnya diberikan kepada kepala suku, sementara pemilik perahu dan awaknya menerima bagian dagingnya yang banyak, sama dengan layaknya penangkapan ikan-ikan lainnya. Tidak sedikitpun bagian ikan paus yang terbuang, daging dan usus dikeringkan di bawah sinar matahari dan lemaknya untuk bahan bakar lampu minyak.

Cukilan dari buku Biologi Konservasi oleh Primack,R.B. dkk.

You May Also Like

0 komentar