Melewati Garis Nyaman (kembali)

by - November 26, 2012


Ketika kita berada dalam situasi dimana kita sudah nyaman pada situasi tersebut, rasanya malas untuk beranjak dari situasi tersebut, kalaupun beranjak sebisa mungkin tidak sampai melewati batas kenyamanan, batas itu yang saya sebut garis nyaman.

Dalam hidup saya, beberapa kali garis nyaman itu terlewati, kembali terlintasi di beberapa waktu kemudian, bahkan pernah saya merasa terlempar dari zona nyaman secara cepat sehingga terasa dunia ini seperti anti diri kita. Kadang kita berpindah melewati garis nyaman itu, dibeberapa waktu tempat baru itu telah menjadi zona nyaman bagi saya.

Seperti halnya saat ini, saya sudah begitu nyaman saat istri saya tidak bekerja. Nyaman sekali. Anak-anak saya berada dibawah pengasuhan tangan sebenarnya. Saya tidak perlu khawatir. Sesekali khawatir jika kila atau Daffa jatuh sakit. Tapi tidak se-khawatir ketika para jagoanku dibawah pengasuhan pembantu atau orang yang kita bayar untuk mengasuh anak-anak kita. Bahkan dulu pernah Kila terpaksa kita masukkan ke TPA alias Tempat Penitipan Anak, saat kami tidak mendapatkan seorangpun untuk menjadi pengasuhnya di rumah.

Begitu pula ketika saya sudah nyaman dengan istri bekerja, anak ada yang mngawasi di rumah dengan baik, tiba-tiba istri berhenti bekerja. Serasa laju hidup ada perubahan lagi. Saya kembali melewati garasi nyaman itu. Perlu waktu untuk menjadikan situasi itu adalah zona nyaman kita. Dan akhirnya, saya sangat nyaman dengan istri tidak bekerja.

Saat ini, istri saya kembali untuk memutuskan untuk bekerja. Ah.. kenyamanan saya terganggu lagi. lagi-lagi saya harus melangkah, melewati garis nyaman itu. Melangkah penuh perhitungan sambil berdoa, "semoga keputusan ini adalah langkah terbaik bagi kami". Dan hampir setiap hari, setiap waktu, dan mungkin di setiap nafas saya, lantunan do'a aku panjatkan, "Semoga Alloh SWT selalu melindungi anak-anak dan istriku".

You May Also Like

0 komentar