Kuayunkan langkahku dengan cepat, secepat mungkin yang aku bisa, ku tak bisa berlari. Banyak orang disekelilingku. Mall ini begitu ramai hari minggu ini. Tapi aku tak peduli, langkah-langkahku seolah tak ingin berkompromi. Udara yang kuhisap terasa dingin. Pandanganku nanar. Panik begitu mendekap otakku. Keras sekali. Uhh... kutak menyangka menyerangku disini, dan aku tak sanggup mengatasinya. Kuiikuti keingannannya. Berjalan secepat mungkin keluar dari mall ini. kunaiki ekskalator, tinggal satu hall besar penuh orang yang harus kelalaui, setelah itu pintu keluar telang menungguku.
Rasanya hampir pingsan kudekap panik. Istriku berusaha mengejar langkah-langkahku di belakang. Dadaku semakin dingin, udara disekitarku terasa bertambah dingin. Aku begitu takut dan sangat takut sekali. Pintu keluar mall berhasil kulalui, kuturunin tangga mall ini, kucari tempat yang lapang. Kuhentikan langkahku. Kutarik nafas sebanyak mungkin, hangat, hangat sekali. Darah hangat serasa mengalir diseluruh jaringan paru-paruku dan mengalir keatas, ke otakku. Kunikmati aliran ini, detak jantungku perlahan menurun kecepatannya. Panikku mulai menurun juga. Kurasakan basah diseluruh telapak tanganku.
"Paniknya kambuh ya mas..", tanya istriku. Pandangan gandaku menyapu habis raut ayu wajahnya, tak bisa disembunyikan cemas olehnya. "Iya.." sahutku dengan masih berusaha mengatur nafasku. Setelah aku cukup sadar dan telah kembali dari kepanikkanku, kami meninggalkan mall itu. Kami susuri trotoar sepanjang jalan Veteran Malang yang rindang. Tanganku dipegang erat istriku, seolah tak ingin aku mengalami kepanikan seperti itu lagi. Langkah jalanku tak lagi cepat, pandanganku masih ganda. Kulihat semua didepanku ganda, kadang kupicingkan mata agar aku tidak pusing melihatnya.
Aku masih ingat bujukan dokter spesialis itu, bahwa pandanganku akan normal kembali asal rajin minum vitamin otak dan melakukan gerakan mata yang kuanggap senam. Dan aku bertambah semangat, ketika disuatu antrian menunggu panggilan dari dokter, kuberjumpa seorang pasien yang dulu seperti aku. Diyakinkannya aku, bahwa pandangan itu akan sembuh seperti halnya yang pernah ia alami.
Ku sangat bersyukur, atas mukjizat yang Alloh turunkan padaku, selamat dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawaku. Tempurung kepalaku dibuka untuk mengeluarkan darah yang telah mengepung otakku yang membuat aku harus tidur manis selama sebulan di rumah sakit. Kubersyukur diberikan orang tua dan keluarga serta sahabat yang begitu peduli kepadaku.
Dan tak ada habisnya rasa syukurku, dalam masa terapi, istriku paham yang terjadi padaku. Secara psikis aku sering diserang panik, dan setiap kambuh panik itu, kami cari pencetusnya. Dan perlahan kami cari jalan keluarnya agar tingkat panik yang terjadi dapat dikurangi. Seperti hari minggu pagi seperti ini, istriku mengajak aku berjalan-jalan keluar rumah, ke lapangan rampal, menelusuri jalanan kota Malang. Ke mall atau kemana saja agar aku terbiasa melangkahkan kakiku, mengayunkan tangan kiriku yang sempat lumpuh, dan bertemu orang dalam jumlah banyak yang belakangan kami ketahui sebagai salah satu pencetus keluarnya panik tersebut. Perlahan tapi pasti, saya berusaha membunuh panik itu, dengan sering menjumpai pencentusnya, dan saya dapat meredam setiap panik yang datang. Terima kasih ya Alloh.
Rasanya hampir pingsan kudekap panik. Istriku berusaha mengejar langkah-langkahku di belakang. Dadaku semakin dingin, udara disekitarku terasa bertambah dingin. Aku begitu takut dan sangat takut sekali. Pintu keluar mall berhasil kulalui, kuturunin tangga mall ini, kucari tempat yang lapang. Kuhentikan langkahku. Kutarik nafas sebanyak mungkin, hangat, hangat sekali. Darah hangat serasa mengalir diseluruh jaringan paru-paruku dan mengalir keatas, ke otakku. Kunikmati aliran ini, detak jantungku perlahan menurun kecepatannya. Panikku mulai menurun juga. Kurasakan basah diseluruh telapak tanganku.
"Paniknya kambuh ya mas..", tanya istriku. Pandangan gandaku menyapu habis raut ayu wajahnya, tak bisa disembunyikan cemas olehnya. "Iya.." sahutku dengan masih berusaha mengatur nafasku. Setelah aku cukup sadar dan telah kembali dari kepanikkanku, kami meninggalkan mall itu. Kami susuri trotoar sepanjang jalan Veteran Malang yang rindang. Tanganku dipegang erat istriku, seolah tak ingin aku mengalami kepanikan seperti itu lagi. Langkah jalanku tak lagi cepat, pandanganku masih ganda. Kulihat semua didepanku ganda, kadang kupicingkan mata agar aku tidak pusing melihatnya.
Aku masih ingat bujukan dokter spesialis itu, bahwa pandanganku akan normal kembali asal rajin minum vitamin otak dan melakukan gerakan mata yang kuanggap senam. Dan aku bertambah semangat, ketika disuatu antrian menunggu panggilan dari dokter, kuberjumpa seorang pasien yang dulu seperti aku. Diyakinkannya aku, bahwa pandangan itu akan sembuh seperti halnya yang pernah ia alami.
Ku sangat bersyukur, atas mukjizat yang Alloh turunkan padaku, selamat dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawaku. Tempurung kepalaku dibuka untuk mengeluarkan darah yang telah mengepung otakku yang membuat aku harus tidur manis selama sebulan di rumah sakit. Kubersyukur diberikan orang tua dan keluarga serta sahabat yang begitu peduli kepadaku.
Dan tak ada habisnya rasa syukurku, dalam masa terapi, istriku paham yang terjadi padaku. Secara psikis aku sering diserang panik, dan setiap kambuh panik itu, kami cari pencetusnya. Dan perlahan kami cari jalan keluarnya agar tingkat panik yang terjadi dapat dikurangi. Seperti hari minggu pagi seperti ini, istriku mengajak aku berjalan-jalan keluar rumah, ke lapangan rampal, menelusuri jalanan kota Malang. Ke mall atau kemana saja agar aku terbiasa melangkahkan kakiku, mengayunkan tangan kiriku yang sempat lumpuh, dan bertemu orang dalam jumlah banyak yang belakangan kami ketahui sebagai salah satu pencetus keluarnya panik tersebut. Perlahan tapi pasti, saya berusaha membunuh panik itu, dengan sering menjumpai pencentusnya, dan saya dapat meredam setiap panik yang datang. Terima kasih ya Alloh.
3 komentar
walah malah baru tahu ada sakit yang begitu. bisa panik, kebayang kalau tiba2 ditengah aktivitas trus paniknya kumat????
ReplyDeleteso, tetap semangat berobat, thanks udah mampir. tapi emang masa tayang iklannya dah habis, dah kelar, just for 2 week. hehehehehehehehehhh....
mas kowe loro opo je????
ReplyDeleteapapun itu cepatlah sembuh, superhero lahir bukan dari tempurung manis dan keemasan namun bisa jadi hasil tempaan rapuh karya si Empunya Hidup...
tetep semangat mas... cepet mari... istri dan anakmu adalah semangat dan obat peyembuh yang mujarab. amin
@ faizzz : thanks udah mampir, itu efek kecelakaan sehingga otak hrs dibersihin (kebanyakan liat bokep kali) skrg tuh panik udah bisa diredam en jarang nongol.
ReplyDelete@ senoaji : thanks juga, btw aku bukan superhero, kalo kata ornag kantor super heboh en superrakus, makannya banyak, hwa hwa hwa