Enam Pembalak Liar Tewas Diterkam Harimau

by - February 25, 2009

JAMBI - Pembalakan liar di Pulau Sumatera membuat marah si raja rimba, harimau. Dalam sebulan terakhir, enam dari tujuh orang tewas diterkam harimau di kawasan hutan produksi di Kabupaten Muarojambi, Jambi.
Kasus terakhir menimpa warga bernama Khoiri, 20 tahun, yang tewas di Sungaigelam, Minggu lalu. Sekitar 2 kilometer dari lokasi tewasnya Khoiri, Jumat lalu, harimau juga menyerang hingga menewaskan Mat Ali, 50 tahun, dan Nana bin Mat Ali, 17 tahun.
Adapun tiga korban tewas lainnya di Desa Pematangraman, Kecamatan Kumpeh Ilir, adalah Raba'i (24 Januari), serta Suyut dan Imam Mujianto (28 Januari).
Pada 4 Februari lalu, harimau menerkam Sutiyono di kawasan Desa Mekarsari, Kecamatan Kumpehilir. Sutiyono masih beruntung karena hanya mengalami luka cakaran di bagian paha dan tangan.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSD) Jambi Didy Wurdjanto menduga tiga korban tewas dalam tiga hari terakhir merupakan pelaku pembalakan liar di hutan Paal VII Sungai Gelam.
"Diduga mereka pembalak liar," kata Didy di Jambi kemarin. Alasannya, kata Didy, lokasi ditemukannya korban tewas merupakan tempat praktek pembalakan liar besar-besaran. Tim BKSDA Jambi juga menemukan bukti berbagai jenis kayu yang telah ditebang, baik yang sudah digergaji maupun yang masih berbentuk kayu bulat.
"Lokasi tewasnya korban dimangsa harimau adalah lokasi pembalakan liar," ujar Deddy. Di sana petugas juga menemukan 10 pondok milik sekitar 60 orang pelaku pembalakan liar.
Kayu-kayu yang merupakan barang bukti tersebut dibakar di lokasi oleh petugas. "Alasannya, biaya angkut kayu dari lokasi ke luar area mahal," katanya.
Pihak BKSDA, kata Didy, mencurigai seorang cukong berinisial Her, yang menanggung seluruh biaya pemulangan jenazah kedua korban yang diterkam harimau, Jumat lalu. "Kami curiga kalau Her itu adalah cukong praktek pembalakan liar di hutan produksi Sungai Gelam," ujarnya.
Menurut Didy, kawasan hutan produksi Sungai Gelam, yang luasnya mencapai 50 ribu hektare, kini menjadi sasaran penjarah kayu. Padahal kawasan hutan tersebut merupakan habitat sekitar 20 ekor harimau Sumatera. (Koran Tempo 24/02/09)

You May Also Like

3 komentar

  1. Alampun bicara dengan bahasanya sendiri, persoalan2 keadilan yang tidak pernah tuntas dinegeri ini.

    ReplyDelete
  2. halo mas agus...
    dari tulisan2 mas agus kliatan sekali orang yang perhtian dengan alam sekitar...
    mungkin dengan 1000 agus, alam di indonesia bisa jadi lebih baik kali ya.... :)

    ReplyDelete
  3. @senoaji : biarkan alam berbicara agar manusia dapat sadar dengan terpaksa.
    @anna fardiana : amien... tapi saya belum banyak berbuat.

    ReplyDelete