Proposal Untuk Inge

by - March 20, 2009

Udara dingin mulai menusuk kulit, kuresletingkan jaket flis ini. Udara malam ini di kaki gunung Panderman benar-benar dingin. Kuumpat diriku sendiri, kenapa mau saja dirayu si Udin untuk menemani dia dan ria main ke Gunung Panderman. Alasannya, ”ayo lah dan, kan gak enak kalau aku naik gunung cuman berdua aja dengan ria, apa kata teman-teman nanti”, ih sebel banget, kubalas saja ” ya trus aku jadi obat nyamuk gitu”. Si Udin tidak kalah sengitnya ngomong ”tenang aja, aku juga ngajak inge, hehehe”. What? Mau loncat rasanya jantungku, inge. Aduh tidak, kenapa dia. Kan baru minggu kemarin dia nolak aku, aduh. Semakin deh pokoknya. ”Tenang aja, loe Cuma bawa badan, carrier, logistik, dan tenda aku yang bawa, enak kan loe”, ujar udin sambil mengerling dan berlalu dariku.


Jalan semakin menanjak, didepan si Udin sambil membawa carrier menggandeng tangan Ria, diikuti beberapa meter dibelakangnya Inge berjalan sendiri. Aku berusaha mensejajarkan langkahnya. Kumulailah basa – basi seputar perjalanan ini. Kupegang tangannya, inge tidak menolaknya. Pemandangan dari atas sini sangat indah, walaupun udara begitu dingin. Kota Batu dan Malang bak sekumpulan kunang-kunang rapat. Kadang kami berhenti untuk menikmati indahnya malam ini, lalu kami melanjutkan kembali perjalanan. Watu gede masih beberapa ratus meter lagi diatas, jauh. Rencananya kita akan nge-camp disitu, pemandangannya bagus sekali.

”Inge, apa keputusanmu terhadap proposal yang kuajukan minggu kemarin masih tetap?” tanyaku sambil kupandang mata bulatnya. ”Aku serius”, yakinku padanya. Inge tersenyum kecil dan manis sekali. Penuh arti. Dilangkahkan kembali kakinya pelan, kemudian ia berhenti dan memegang kedua tanganku, ” dani, aku tahu kamu sayang padaku, tapi aku merasa kita jauh lebih baik menjadi sahabat dibanding kekasih”, ujarnya pelan sambil tetap tersenyum padaku. ”Jadi, proposalmu aku kembaliin aja ya, mungkin nanti siapa tahu kamu ketemu dengan cewek yang jauh lebih bijak dari aku, oke..”, lanjutnya sambil mengerlingkan mata kanannya. Inge menggenggam tangan kananku dan menyeretku untuk melanjutkan perjalanan, karena kita sudah cukup tertinggal jauh dengan Udin dan Ria. Fuuh... Inge, itulah yang kusuka darimu.

You May Also Like

6 komentar

  1. Sumpah kalo cerita asmara dibalut mountain tracker view sumpah paling yoi mas! apik pol!!

    ReplyDelete
  2. walah proposalnya dibalikin, mau dikasih ke siapa lagi kira2?
    di kos gue ada cewek yang masih jomblo, tapi udah kepla 4..... umurnya. mau? tar gue samapikan proposal loe dah, heheheheheheheheeee

    ReplyDelete
  3. @Senoaji : hehehe ...
    @faizz : wuih kepala empat, ngeri banget ...

    ReplyDelete
  4. Hmmm..so sweet, pengalaman pribadi ni yee..

    ReplyDelete
  5. @nia : eits...jgn memancing di air keruh,dilihat tuh label baru, stories board, jd ya tulisan2 yg berisi cerpen gitu deh..hehehe..nyoba2 jd cerpenis..

    ReplyDelete
  6. Cerita dari pengalaman dw, biasanya lebih "menjual" koq, hehe...

    ReplyDelete